Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
KEBERAGAMAN ialah keniscayaan. Begitu juga perbedaan. Tidak ada satu pun yang sama seluruhnya. Diakui atau tidak. Diterima atau tidak.
Tak dapat disangkal, Indonesia ialah salah-satunya yang menerima berkah keberagaman. Berbagai etnik, suku, dan agama bisa hidup dengan setara di Indonesia. Namun, sejak era reformasi, tantangan keberagaman pun muncul.
Keberagaman harus dirawat dan dijaga. Tugas itu menjadi tanggung jawab bersama, termasuk pers, sebagai salah satu pilar demokrasi.
Celakanya, jurnalisme belum sepenuhnya mengambil peran tersebut. Jurnalisme masih gagap ketika dituntut mengambil tugas hebat tersebut. Yang terjadi, sang pewarta malah menjadikan suasana adem jadi keruh, suasana gerah menjadi panas. Pemberitaan tentang peristiwa tertentu malah menjadikan negara gawat dan memberangus kedamaian.
"Banyak media yang tidak mengedepankan keberagaman, bukan hanya media berbasis pada agama, melainkan juga media mainstream," ujar penulis Jurnalisme Keberagaman; untuk Konsolidasi Demokrasi, Usman Kansong, dalam pemaparan awal saat diskusi bedah buku yang digelar di Gedung B Kantor Staf Presiden Jakarta, kemarin (Selasa, 14/3).
Usman mengatakan, untuk membangun jurnalisme keberagaman, para jurnalis di tingkat mana pun harus paham jurnalisme keberagaman.
Tiga pembedah didapuk untuk mengulas buku ini. Pembedah pertama ialah Kedeputian IV Kantor Staf Presiden Gabriel Sujayanto. "Keberagaman di Indonesia itu dicuplik dari mana saja, ya, isinya keberagaman," ujar Sujayanto untuk menguatkan argumen tentang keberagaman.
Terlebih, ketika menghadapi tantangan bernama pasar dan kepentingan, jurnalisme keberagaman mendapati ujian yang tidak mudah. Pada poin ini, Ketua Bidang Media PB PMII Putri, Nidhomatun Mukhlisotur Rohmah, memperluas bahasan tantangan pasar dengan usul agar buku ini juga memuat bagaimana tantangan jurnalisme kebera-gaman dalam menghadapi pemilik modal dan pengiklan.
Sampul buku juga dibahas.Direktur Utama Bakornas PB HMI Muhammad Shofa kesu-litan menangkap pesan sampul buku. "Saya belum menemu-kan makna filosofis yang tepat yang ada dalam buku ini terkait kover ini," terangnya. (Zuq/H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved