Jurnalisme Tabayyun, Heryawan Raih Pena Emas PWI

Bayu Anggoro
10/3/2017 23:35
Jurnalisme Tabayyun, Heryawan Raih Pena Emas PWI
(ANTARA FOTO/Agus Bebeng)

BERLATAR belakang sebagai pemuka agama menjadi pelengkap bagi Ahmad Heryawan, Gubernur Jawa Barat. Kepemimpinannya di Jawa Barat saat ini dianggap berhasil berkat penerapan nilai-nilai agama yang dibawanya ke dalam pemerintahan provinsi Jawa Barat.

Hal ini menjadi alasan utama Heryawan menerima Pena Emas dari Persatuan Wartawan Indonesia, Jumat (10/3) petang, di Bandung. Penyerahan penghargaan tertinggi dari insan pers ini diberikan langsung oleh Ketua Umum PWI Margiono beserta seluruh jajaran pengurus lainnya.

Heryawan yang merupakan gubernur dua periode ini mengaku tidak bermimpi mendapat penghargaan tertinggi dari PWI. "Tidak tahu juga siapa yang menggagas," kelakar Heryawan.

Sebelum mendapat penyematan pena emas, ayah lima anak ini menyampaikan pidato ilmiahnya di hadapan seluruh pengurus PWI Pusat. Dalam pidato ilmiah berjudul 'Jurnalistik Tabayyun' Heryawan menilai besarnya pengaruh media terhadap kehidupan manusia.

Heryawan pun mengutip salah satu hadits Rasullallah yang menyebut betapa besarnya pengaruh omongan seseorang terhadap pikiran dan opini orang lain. "Saat Nabi (Muhammad SAW) melihat ada seorang tokoh Quraisy yang begitu memukau di hadapan audiens, saking hebatnya, saking bagus, audiens setelah mendegar pidato dia, langsung berubah pikirannya," ujar politisi Partai Keadilan Sejahtera ini.

Kala jaman Rasul itu, saat media belum ada, yang mengubah pikiran seseorang adalah omongan dari tokoh tersebut. Kini, medialah yang berpotensi besar untuk mengubah pikiran banyak orang.

Oleh karena itu, masih dalam pidato ilmiahnya, Heryawan mengajak seluruh pihak yang terlibat dalam media menggunakan jurnalisme kenabian, yang selalu mengedepankan klarifikasi kepada pihak terkait. Menurut dia, dalam menyajikan informasi, media harus mengedepankan kejujuran, keadilan, dan bertanggungjawab.

Selain itu, media harus klarifikasi terlebih dahulu kepada sumber berita. "Jangan nanya ke orang yang diberitakannya. Tapi tanya, cek datanya dari pemberi berita (narasumber)," katanya.

Meski begitu, Heryawan memahami saat ini media dihadapkan pada sejumlah kenyataan yang bisa memudarkan idealisme. Pengaruh kapitalisme kental terlihat pada media-media saat ini.Selain itu, lanjutnya, saat ini media pun dihadapkan pada perkembangan teknologi. Lahirnya media sosial mengancam peran media sebagai pemberi informasi.

"Semua orang, saat ini bisa menjadi pemberi informasi melalui media sosial," lanjutnya. Meski begitu, dia meminta agar tidak ada satu pun yang mencaci kondisi jaman saat ini. "Jangan dicaci, karena Tuhan yang menciptakan jaman. Harus kita yang menggiring manusia ke arah kebaikan," katanya.

Selain memberi informasi, menurutnya pers harus mampu memberi hiburan kepada masyarakat. Fungsi hiburan ini akan terlihat jika informasi yang disampaikan mampu menghadirkan kondisi yang baik di masyarakat.

Setiap berita, tak terkecuali yang negatif, harus mampu dikemas menggunakan kata-kata yang baik, etis, dan sopan. Dengan begitu, kata dia, peristiwa apa pun yang ditampilkan mampu membawa dampak baik bagi masyarakat.

Ketua Umum PWI Margiono menilai pidato ilmiah yang diberikan Heryawansangat tepat karena sesuai dengan kondisi yang ada saat ini. Dia puntidak ragu memberi nilai cumlaude pada sidang pemberian penghargaantersebut.

Menurutnya, Pena Emas ini merupakan penghargaan tertinggi yang diberikan PWI kepada tokoh terpilih. Untuk kali, menurutnya Heryawan sangat pantas mendapat penghargaan ini. Dia menilai Heryawan sebagai sosok yang lengkap. Selain paham akan dunia jurnalistik, Heryawan memiliki haluan yang kuat dalam memimpin di Jawa Barat.(OL-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Soelistijono
Berita Lainnya