Ketika Siraman Air Keras tidak Lunturkan Kecantikan Sejati

AP/Indah Hoesin/I-4
09/3/2017 07:11
Ketika Siraman Air Keras tidak Lunturkan Kecantikan Sejati
(AP/A.M.Ahad)

SHONALI Khatun melangkah di sepanjang catwalk pada sebuah peragaan busana di Dhaka, Bangladesh.

Penonton bersorak menyemangati perempuan 14 tahun itu yang tampil bak model, malam itu.

Namun, Shonali bukan model biasa.

Acara itu pun bukan pergelaran peragaan busana biasa.

Shonali dan 14 model lainnya ialah korban selamat dari serangan air keras.

Serangan itu kerap menimpa perempuan di negeri Asia Selatan itu, terutama ketika mereka menolak cinta pria atau karena masalah antarkeluarga.

Kulit terbakar karena air keras pun jadi balasan yang sering diterima mereka.

Shonali ambil bagian dalam acara itu.

Tak lain itu dilakukan demi semangat pemberdayaan perempuan.

Empat belas tahun lalu, hanya beberapa hari setelah lahir, dia disiram air keras dan karena orangtuanya terlibat sengketa properti.

Setelah menghabiskan tiga tahun di rumah sakit dan melewati delapan operasi, Shonali harus menghabiskan hidupnya dengan bekas luka bakar di wajah dan lengannya.

Pelaku serangan itu pun tidak pernah tertangkap.

"Saya sangat senang berada di sini. Suatu hari saya ingin menjadi petugas medis," ujar Shonali.

Para model termasuk tiga pria berjalan di catwalk, menari, menyanyi, dan menampilkan desain mesin tenun tangan khas Bangladesh.

Desainer lokal Bibi Russel menjadi koreografer dalam acara tersebut.

Menyoroti para korban serangan air keras yang selalu diabaikan dan menjadikan mereka bagian penting dari masyarakat Bangladesh ialah tujuan yang diharapkan penyelenggara.

"Kami di sini hari ini untuk menunjukkan kekuatan batin mereka setelah mereka melewati semuanya. Saya sering mendapat inspirasi dari mereka. Keberanian mereka sangat besar," ujar Farah Kabir, Direktur Action Aid Bangladesh yang menjadi penyelenggara.

Selain pecinta fesyen, peragaan busana yang digelar pada Selasa (7/3) malam itu juga dihadiri aktivis hak asasi dan diplomat.

Bahkan, Duta Besar Amerika Serikat (AS) untuk Bangladesh turut meramaikan acara yang bertujuan mendefinisikan ulang konsep tentang kecantikan dan menyoroti ancaman serangan air keras di negara itu.

Bangladesh telah berjuang untuk menghadapi serangan air keras dalam beberapa dekade terakhir.

Pada 2016 saja sekitar 44 orang menjadi korban serangan air keras.

Setiap tahunnya jumlah korban berkisar di angka tersebut.

Negara itu pun telah menetapkan hukuman keras bagi pelaku, termasuk hukuman mati.

Dokter-dokter dilatih secara khusus dan berupaya mengontrol penjualan cairan asam.

Namun, upaya itu masih gagal untuk menghilangkan momok tersebut dari kehidupan masyarakat.

"Sayangnya di Bangladesh kita memiliki korban serangan asam karena diskriminasi gender, kekerasan, atau hanya karena keserakahan. Kami ingin mengingatkan semua orang bahwa ketidakadilan telah menimpa mereka. Saya malu negara ini memiliki hal-hal seperti ini," ujar Kabir.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya