Pendidikan Atasi Ketimpangan Gender

Syarief Oebaidillah
09/3/2017 05:21
Pendidikan Atasi Ketimpangan Gender
(ANTARA/Atika Fauziyyah)

KETIMPANGAN gender di Indonesia masih tinggi.

Kondisi itu bukan tidak dapat diperbaiki. Dengan meningkatkan akses perempuan dan layanan pendidikan mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga perguruan tinggi (PT), ketimpangan bisa diatasi.

"Ya, ketimpangan gender kita masih cukup tinggi, masih kalah jika dibandingkan dengan Singapura. Guna mengatasi kesenjangan ini, layanan sektor pendidikan mesti ditingkatkan, yang dapat menyasar mulai sektor PAUD hingg ke PT. Dengan begitu, pelibatan aktif kaum perempuan dalam bidang ekonomi dan politik kelak juga dapat lebih maju," kata Dirjen Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PAUD-Dikmas) Kemendikbud, Harris Iskandar, pada sambutan dalam acara Peringatan Hari Perempuan Internasional di Kemendikbud, Jakarta, kemarin.

Harris mengungkapkan saat ini akses politik kaum perempuan baru sekitar 30%.

Hemat dia, seharusnya menjadi 50:50. Ia menjelaskan setiap 8 Maret diperingati sebagai Hari Perempuan Internasional sejak 1913.

Pada 2017 ini peringatan Hari Perempuan Internasional mengambil tema Be bold for change.

Dikatakannya, berdasarkan data World Economic Forum 2016, Indonesia menempati peringkat 88 dalam kesetaraan gender untuk negara-negara dunia.

"Jadi tampak masih jamak ditemui ketimpangan terhadap perempuan yang berada pada daerah terpencil dan termarginalisasi. Karena itu, peran pendidikan menjadi sangat penting untuk mengubah kondisi tersebut," tegasnya.

Menurut dia, investasi pada pendidikan usia dini, khususnya masa prenatal atau masa dalam kandungan bunda, penting.

"Bukti-bukti empiris menunjukkan pentingnya program PAUD pada investasi sumber daya manusia," tandasnya.

Harris menambahkan sejumlah tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini. Selain bonus demografi yang harus dijawab dengan produktivitas, Indonesia menghadapi tantangan perkembangan teknologi yang sangat cepat.

Selain itu, dalam upaya mencapai target-target Sustainable Development Goals (SDGs), pemerintah membutuhkan kolaborasi dan kerja sama dari mitra-mitra strategis.

Ia menyatakan para ibu dan organisasi perempuan merupakan mitra strategis Kemendikbud.

Enyam pendidikan

Dalam kesempatan itu, sembilan ormas perempuan menyampaikan tiga poin pokok pernyataan sikap.

Hetifah Sjaifudian selaku inisiator gerakan itu mengemukakan, poin pertama ialah pentingnya upaya individu maupun kelompok agar perempuan miskin dan kaum marginal dapat mengenyam pendidikan.

Poin kedua, kaum perempuan dapat memperoleh pendidikan luar sekolah sepanjang hayat.

Poin ketiga, agar anak-anak perempuan dan remaja perempuan mendapatkan kesempatan setara untuk mengembangkan potensi dan melanjutkan pendidikan hingga jenjang pendidikan tinggi.

Perwakilan ormas perempuan yang hadir antara lain gerakan ormas Musyawarah Kekeluargaan Gotong Royong (MKGR), Kongres Wanita Indonesia (Kowani), Komunitas Gerakan Peduli Anak Indonesia (Kugapai), Persatuan Istri Insinyur Indonesia (PIII), Pengajian Al-Hidayah, Yayasan Penyayang Indonesia, Wanita Pelopor Perjuang-an Kemerdekaan Bangsa Indonesia (WPPKBI), dan Aliansi Pita Putih Indonesia (APPI).

"Perempuan adalah pendidik utama dan pertama di dalam keluarga. Kalau perempuan tidak cerdas, tidak pandai, ia tidak dapat melahirkan generasi penerus yang berkualitas," kata anggota Komisi X DPR Marlinda Irwanti.

(H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya