Pengendalian Banjir Jakarta Mesti Dilakukan dari Hulu

Ardi Teristi
22/2/2017 17:39
Pengendalian Banjir Jakarta Mesti Dilakukan dari Hulu
(MI/Arya Manggala)

HUJAN yang mengguyur di berbagai daerah menyebabkan banjir, termasuk di DKI Jakarta. Menurut pakar teknik sumberdaya air UGM, Prof Budi Santoso Wignyosukarto menilai pentingnya mengendalikan limpasan hulu sungai untuk mengendalikan banjir.

Walaupun Jakarta sudah menormalisasikan sungainya, kata dia, banjir akan tetap terjadi jika bagian hulunya tidak dikendalikan limpasan hujannya.

"Jika Jakarta tidak dapat mengendalikan ekstraksi air tanahnya sehingga subsidence muka tanahnya tidak terkendali, banjir akan tetap terjadi di Jakarta. apalagi, JIKA kapasitas sungainya mengecil," kata dia dalam rilisnya, Rabu (22/2).

Keadaan banjir akan semakin parah pada saat elevasi muka air tempat pembuangan air sungai di pantai utara Jakarta semakin lebih tinggi dari muka tanah Jakarta utara. Hal tersebut dapat terjadi apabila muka tanah mengalami penurunan secara berlebihan atau pun karena muka air laut yang naik akibat efek perubahan iklim.

Dengan elevasi muka air tempat pembuangan air sungai di pantai utara Jakarta yang semakin lebih tinggi dari muka tanah Jakarta utara, kapasitas pembuangan sungai-sungai di Jakarta ke laut akan semakin kecil.

Kombinasi tanggul dan pompa, yang dikenal sebagai konsep polder dapat dipakai untuk mengatasi banjir di beberapa tempat yang elevasi muka air tanahnya lebih rendah daripada muka air laut. Pada polder-polder tersebut proses pengelolaan airnya dipisahkan dari daerah yang mempunyai muka tanah yang lebih tinggi dari muka air laut.

"Jadi, penyelesaian banjir Jakarta harus dipikirkan bersama oleh berbagai sektor. Kita harus bekerja sama agar terbebas dari penderitaan tergenang air, terhambat kegiatan ekonomi, dan lain-lain," ujar Budi.

Menurut Budi banjir dan kekeringan memang seperti dua sisi mata uang. Kalau suatu saat jumlah limpasan air terlalu besar dan terjadi banjir, berarti air yang diresapkan ke bumi semakin sedikit sehingga cadangan air di dalam tanah yang dapat dimanfaatkan di waktu musim kemarau juga akan semakin sedikit. Oleh karena itu, perlu keterpaduan antara upaya konservasi air, upaya pemanfaatan air, serta pengendalian banjir.

Budi juga melihat di daerah yang sangat landai seperti Jakarta, energi yang mengalirkan air ke muara ditentukan oleh elevasi muka air di hulu dan elevasi muka air di laut, dan kemiringan ini sangat kecil. Dengan begitu, pada saluran drainase di daerah yang sangat kecil kemiringan energinya, kapasitas saluran dapat ditingkatkan dengan memperlebar saluran bukan memperdalam saluran.

"Semakin padat pemukiman, semakin sedikit daerah resapan atau daerah genangan (untuk menunda air masuk ke sungai) maka akan semakin besar jumlah air yang harus segera dibuang," paparnya.OL-2



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya