UI Hapus Ujian Mandiri

Puput Mutiara
19/2/2017 18:19
UI Hapus Ujian Mandiri
(FOTO ANTARA/R. Rekotomo)

MEMASUKI tahun ajaran baru 2017/2018, Universitas Indonesia (UI) tidak lagi menggunakan ujian mandiri (UM) sebagai salah satu seleksi penerimaan mahasiswa baru. Hal itu sesuai Peraturan Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Permenristek Dikti) Nomor 126/2016 tentang Penerimaan Mahasiswa Baru Program Sarjana pada Perguruan Tinggi.

Disebutkan dalam Pasal 12 Ayat (2), seleksi mandiri yang dilaksanakan oleh masing-masing perguruan tinggi negeri (PTN) diharapkan dapat menggunakan atau memanfaatkan nilai hasil tes seleksi bersama masuk PTN (SBMPTN) yang difasilitasi oleh panitia pusat.

"Aturannya kan jelas, kami ikut aturan saja. Lagipula kalau nilainya sudah ada dari SBMPTN ngapain ujian lagi," ujar Dosen Kimia UI Emil Budianto saat acara Seminar Bertajuk Informasi Akurat Kunci Sukses Diterima PTN yang diadakan oleh Bimbingan Tes Alumni (BTA) Group di Jakarta, Minggu (19/2).

Lebih lanjut, ungkap mantan Panitia Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru di UI tersebut, dengan ditiadakannya UM maka porsi penerimaan mahasiswa baru lewat jalur SBMPTN tahun ini relatif lebih besar yakni 70% dari total kuota 4.300. Sedangkan sisanya melalui jalur SNMPTN sebesar 30%.

Tidak hanya UI, Universitas Padjajaran (Unpad) yang telah lebih dulu meniadakan UM sejak tahun lalu juga kembali memastikan tidak ada UM tahun ini. Hanya untuk persentase penerimaannya, jika tahun lalu seimbang antara SNMPTN dan SBMPTN 50:50, tahun ini persentasenya menjadi 40:60 atau lebih besar SBMPTN.

"Banyak SMA yang nakal makanya kami juga ada surat pernyataan dengan kepala sekolah agar jujur. Kuota ada 6.200 kursi, kalau terdeteksi curang kami tentu beri teguran dan tidak diprioritaskan lagi," tukas Denie Heriadi, Koordinator Seleksi Masuk Unpad 2016.

Sementara, perguruan tinggi lain seperti Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Airlangga (Unair) tetap menggunakan jalur seleksi UM. Hal itu pun diperbolehkan dengan aturan SNMPTN minimal 30%, SBMPTN minimal 30% dan UM maksimal 30%.

Menurut Wakil Dekan Fakultas Teknik UGM M Waziz Wildan, salah satu alasan masih menggunakan UM ialah untuk memberikan kesempatan bagi calon mahasiswa yang tidak mengikuti SNMPTN maupun SBMPTN. Adapun persentase penerimaan mahasiswa lewat jalur UM di UGM sebesar 30%.

"Sesuai arahan kan minimum 30%. Untuk yang paling besar memang di SBMPTN 40%, 30% lainnya SNMPTN," ucapnya.

Namun terlepas dari jalur manapun yang digunakan untuk bisa masuk PTN, Waziz menekankan agar calon mahasiswa maupun orangtua harus benar-benar memastikan jurusan yang dipilih sesuai keinginan dan kemampuan anak. Pasalnya, seringkali gagal seleksi disebabkan anak tersebut hanya mengikuti kehendak orangtua.

"Yang penting sebetulnya orangtua harus paham dulu passion si anak. Jadi tidak ada paksaan," cetusnya.

Senada, Direktur BTA 8 Hasahatan Manulang juga mengungkapkan bahwa tidak sedikit orangtua yang terkesan memaksakan kehendak pendidikan bagi anak. Akibatnya bukan sekadar gagal seleksi, potensi anak yang masih mungkin bisa dikembangkan menjadi terhambat karena tidak ada kesempatan.

"Berdasarkan pengalaman, anak-anak kebanyakan nggak cocok dengan pilihan orangtua. Mereka umumnya ingin keluar dari zona pertahanan orangtua," paparnya.

Meski sebenarnya, imbuh Hasatan, tidak melulu orangtua yang memaksakan keinginannya mengenai pendidikan anak bernilai negatif. Pada dasarnya orangtua harus lebih mengutamakan minat serta kemampuan anak, pun tidak berarti membiarkan anak memilih apalagi hanya sekadar mengikuti teman. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya