Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
KELOMPOK mahasiswa Universitas Gadjah Mada Yogyakarta berhasil membuat ramuan herbal untuk menyembuhkan inflamasi atau peradangan akibat cedera atau infeksi dengan menggunakan daun meniran (Phyllantus Niruri L) dan daun mangsi (Securinega Virosa).
Tanaman meniran dan mangsi selama ini merupakan tanaman liar yang sering digunakan untuk mengobati radang dan bengkak.
"Di Indonesia kedua jenis tanaman itu dapat ditemukan dengan mudah," kata ketua kelompok mahasiswa pencipta ramuan herbal tersebut, Apriliyani Sofia Mawarningtyas.
Daun mangsi atau sering pula disebut daun imer memiliki kandungan senyawa securinine tinggi yang dapat menurunkan inflamsi. Sementara daun meniran mengandung senyawa filantin yang terbukti memiliki aktivitas anti-inflamasi dan menguatkan imunitas.
"Ekstrak daun meniran dan daun mangsi ini bisa mengobati bengkak. Namun, obat herbal ini spesifik kami tujukan untuk inflamasi penyakit kronis seperti kanker, transplantasi, dan auto-imun," katanya.
Pengembangan anti-inflamasi ini bermula ketika dirinya mengalami bengkak di kaki. Dirinya kemudian mendatangi tukang pijat tradisional untuk mengobati bengkaknya. "Setelah dipijat, bagian kaki yang bengkak ditempel dengan tumbukan daun, dan bengkaknya berkurang dengan cepat. Bengkaknya bisa mengempis dalam satu hari," katanya.
Apriliyani berusaha mencari tahu tanaman yang digunakan. Ternyata tanaman yang digunakan merupakan daun imer yang mengandung securinine yang berkhasiat untuk mengobati peradangan.
"Kami kemudian mengkombinasikan daun imer dengan daun meniran yang memang terkenal digunakan sebagai anti-inflamasi," katanya.
Menurut dia, penelitian kemudian dilakukan dengan mengekstrak kedua daun tersebut. Selanjutnya ekstrak diujikan pada tikus yang sebelumnya telah diinduksi dengan senyawa inflamasi pada bagian kakinya.
Tikus yang telah dibengkakkan kakinya diinjeksi per oral selama 14 hari. Sebanyak 30 tikus digunakan dan dibagi ke dalam enam kelompok kontrol termasuk dengan bahan pembanding obat-obatan kimia.
"Kaki tikus yang diberikan eksktrak meniran dan imer bengkaknya bisa turun secara signifikan," katanya.
Ia mengatakan hasil optimal diperoleh dengan aplikasi obat anti-inflamasi dengan komposisi 24 miligram imer dan 6,25 miligram meniran.
Selain melakukan uji secara in-vivo pada tikus, dalam penelitian yang dilakukan pada Januari-Agustus 2016 juga dilakukan uji in-silico untuk mengetahui mekanisme daun imer dan meniran dalam menghambat inflamasi.
"Hasilnya menunjukkan bahwa senyawa securinine dan filantin mampu menghambat ensim cox-2 yang menimbulkan inflamasi," katanya.
Anggota tim mahasiswa UGM Nadia Khairunnisa mengatakan penelitian terkait penggunaan daun meniran dan mangsi secara bersamaan untuk obat inflamasiini merupakan pertama kali di lakukan di dunia.
Selama ini, menurut dia penelitian baru dilakukan hanya pada meniran atau mangsi saja, belum berupa kombinasi keduanya. Di jurnal ilmiah dalam maupun luar negeri belum ada penelitian yang mengkombinasikan antara meniran dan imer.
"Obat anti-inflamasi yang diberi nama Nutrasetikal Imer Meniran atau disingkat Nu Imran ini diharapkan dapat menjadi alternatif bagi masyarakat dalam pengobatan inflamasi," katanya.
Selain Apriliyani dan Nadia, tim mahasiswa UGM itu juga beranggotakan Dea Amelia K, Ahmad Eko P, dan Ragil Anang.(OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved