Keruk Emas dengan Sianida, Gunung Botak Kian Rusak

Aries Wijaksena
30/1/2017 22:30
Keruk Emas dengan Sianida, Gunung Botak Kian Rusak
(ANTARA)

GUNUNG Botak di Pulau Buru, Maluku, kondisinya semakin memprihatinkan. Lingkungan alamnya kian rusak. Kerusakan ini akibat serbuan ratusan penambang emas secara ilegal. Lebih parah lagi, para penambang liar menggunakan bahan kimia berbahaya seperti sianida dan mercuri.

Akibatnya Gunung Botak semula hijau kini kering kerontang. Ratusan hektare kawasan yang sebelumnya dipenuhi pohon sagu dan kayu putih, kini merangas, gersang, dan menghitam. Sejumlah hewan ternak dilaporkan mati setelah makan rumput dekat areal pertambangan.

Yusthinus T Male, dosen Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Pattimura, Ambon, yang terlibat dalam penelitian kondisi Gunung Batok mengakui bahayanya merkuri bagi manusia. "Merkuri dan bahan kimia lainnya masuk ke dalam tubuh manusia melalui rantai makanan," paparnya, Senin (30/1).

Penelitian Yusthinus dimulai pada 2012, setahun setelah aktivitas penambangan massif. Penelitian diawali pada sedimen sungai. Mereka menemukan kadar merkuri di sana sudah sangat tinggi, mencapai 9 miligram (mg) per 1 kilogram (kg) lumpur. Padahal, ambang batas merkuri pada sedimen tidak boleh lebih dari 1 mg per 1 kg lumpur. Sampel dari sedimen di tujuh lokasi.

Penelitian dilanjutkan pada 2014 dengan fokus pada bahan makanan yang meliputi udang, ikan, kerang-kerangan, dan kepiting yang diambil dari Teluk Kayeli, muara sungai yang sudah tercemar.

Konsentrasi merkuri pada 30 persen sampel itu pun sudah melampaui batas atas standar nasional yang hanya 0,5 mg per 1 kg sampel. Temuan pada udah lebih dari tiga kali lipat dibandingkan standar, ikan tujuh kali, kerang enam kali, dan kepiting dua kali.

"Kami juga meneliti kandungan merkuri pada tubuh manusia dengan menjadikan rambut sebagai sampel. Hasilnya, pada rambut penduduk di sekitar tempat pengolahan emas, kadar merkuri 18 mg per 1 kg sampel atau lebih tinggi 36 kali dari standar. Ada lima warga dari petambang yang dijadikan sampel. Pada sampel penduduk yang bukan pekerja tambang ditemukan konsentrasi merkuri di atas dua sampai tiga kali standar. Lima penduduk dijadikan sampel," katanya.

Data Dinas Pertanian Maluku, pada 2014, dari produksi padi sebanyak 101.836 ton gabah kering giling, 42,33 persen berasal dari Buru. Padahal, banyak area persawahan di Buru menggunakan air dari sungai yang sudah tercemar itu.

Kepala Bidang Pengendalian Penyakit dan Krisis Kesehatan Dinas Kesehatan Maluku Ritha Tahitu, ketika itu, mengemukakan temuan merkuri yang melebihi ambang batas di sejumlah lokasi, seperti Teluk Kayeli, tempat pemandian umum di Anahoni, serta sumur bor di Desa Wamsait dan Desa Kayeli. Tahun 2014, memang menjadi puncak penyerbuan penambang emas ilegal di Gunung Botak. Diperkirakan jumlah penambang mencapai 60 ribu orang.

Gunung Botak pun merana, bukan hanya emasnya dikeruk tanpa izin, tetapi Lea Bumi itu juga terpapar racun berbahaya. Ketika Presiden Joko Widodo datang ke Pulau Buru untuk melakukan penanaman perdana 1 juta hektar jagung dan padi Mei tahun lalu, Presiden Jokowi melihat Gunung Botak yang gundul dan rusak dari helikopter.

Warga juga menyampaikan keluhan tentang keberadaan tambang emas ilegal yang berdiri tidak jauh dari areal pertanian. Presiden lalu memerintahkan agar tambang tanpa izin itu segera ditutup.

Sejumlah upaya menyisir dan mengeluarkan para penambang liar dilakukan berulangkali oleh polisi, TNI, dan Satpol PP. “Lebih dari 23 kali penyisiran, tetapi selalu saja para penambang liar itu kembali datang,” ujar Helen Heumasse, Kasie Pengawasan Konservasi Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Provinsi Maluku.

Gubernur Maluku Said Assagaff mengungkapkan aktivitas penambangan emas yang dilakukan masyarakat di kawasan gunung Botak tidak bisa ditutup begitu saja. “Tambang rakyat itu tidak bisa ditutup, yang saya minta jangan menggunakan sianida dan merkuri,” ungkap Said. (OL-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Aries
Berita Lainnya