Headline

Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.

Fokus

Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.

Bincang Sastra Usung Yogya Berhati Tawa

Agus Utantoro
24/1/2017 15:15
Bincang Sastra Usung Yogya Berhati Tawa
(MI/ARDI TERISTI HARDI)

BINCANG sastra Yogyakarta yang digelar Studio Pertunjukan Sastra Yogyakarta, Sabtu (28/1) mendatang di Taman Budaya Yogyakarta akan mengusung tema Yogya Berhati Tawa.

Koordinator Acara, Latief S Nugroho, menjelaskan kegiatan ini akan menampilkan tiga penyair yang humoris yang berasal dari tiga generasi yang berbeda. “Mustofa W Hasyim, Joko Pinurbo, dan Andy Sri Wahyudi," kata Latief.

Menurut dia, pemilihan tema tersebut dilandasi kenyataan bahwa dalam beberapa waktu terakhir ini, bangsa Indonesia selalu dihadapkan kepada situasi yang tegang dan panas. “Suhu politik seperti matahari yang menggigit seng atap rumah. Berita di media massa terutama elektronik, khususnya online yang tersebar di media sosial berisi isu SARA dan `hoax`yang melemahkan rasa persatuan dan kesatuan berbangsa dan bernegara,” ujarnya.

Kondisi itu, tambahnya, diperkuat dengan tayangan hiburan di telivisi tidak memuat pendidikan yang membuat pemirsanya berpikir cerdas. “Lelucon hadir untuk mempermalukan dan dipermalukan,” tambahnya lagi.

Agaknya, kata Latief, hanya sastra yang dapat meredakan hal tersebut. Namun, terkadang sastra hadir dengan muatan yang berat sehingga beban di dalamnya sulit diangkat ke permukaan. “Meskipun demikian, ternyata ada karya sastra dengan muatan yang sesungguhnya berat, namun hadir dengan bahasa yang ringan, bahkan jenaka," katanya.

Ia mengatakan, karya sastra Indonesia di masa awal berkembang dari cerita-cerita lisan bernada humor yang kemudian dituliskan. Puisi-puisi Mustofa W Hasyim, Joko Pinurbo, dan Andy Sri Wahyudi memiliki kandungan tawa itu.

"Memang tidak bisa dikatakan sepenuhnya bahwa puisi ketiganya merupakan puisi humor. Hanya Mustofa W Hasyim yang menuliskan hal tersebut dalam kumpulan puisinya Ki Ageng Miskin: Puisi-puisi Humor dan Setengah Humor (Pustaka Pelajar, 2007) serta Legenda Asal-usul Ketawa: Kumpulan Puisi Humor (Interlude, 2016)," katanya.

Sementara puisi-puisi Joko Pinurbo, misalnya, dalam Celana (Indonesia Tera, 1999) dan Di Bawah Kibaran Sarung (Indonesia Tera, 2001) sekilas membuat pembaca tergelitik oleh nada humor pada beberapa puisi di dalamnya.

"Meskipun ada yang berpandangan bahwa hal itu merupakan pasemon bahwa sesungguhnya puisi-puisi karya penyair yang akrab disapa Jokpin ini mengungkap sesuatu yang lain, yang sangat serius, bahkan yang religius," katanya.

Latief mengatakan, berbeda dengan Andy SW, puisi-puisinya hadir dengan nada lucu yang lugu dan childish. Penyair yang juga dikenal sebagai pantomimer ini telah menerbitkan tiga antologi puisi dengan judul yang seperti diperuntukan bagi pembaca remaja, Ibliz Imut dan Uh, Kamu Nyebelin (Garudhawaca, 2012), Ibu, Aku Minta Dibelikan Mushola (Garudhawaca, 2012), dan Energi Bangun Pagi Bahagia (Garudhawaca, 2016).

"Menggunakan gaya kekinian Andy S.W. pun menghadirkan puisi dengan bahasa yang manis dan penuh rasa sayang. Karya-karya yang demikian agaknya yang diperlukan Indonesia, juga Yogyakarta. "Yogya Berhati Tawa" mengungkapkan kegelisahan yang juga dihadapi Yogyakarta.," katanya.

Ia mengatakan, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yang seringkali direpresentasikan oleh Kota Yogyakarta dikenal luas sebagai kota budaya, kota pelajar, kota seniman, dan banyak lagi gelar yang disandangnya mulai tergerus oleh sejumlah aksi kekerasan remaja yang marak dikenal dengan "klithih" yang bahkan meminta korban jiwa. Seakan gelar-gelar adiluhung itu luntur dengan aksi kekerasan generasi muda tersebut.

"Belum lagi keberadaan hotel dan plaza yang kian menjamur berbarengan dengan kemacetan jalan yang dipenuhi kendaraan membuat suasana kota Yogyakarta semakin sesak. Pariwisata di kabupaten-kabupaten DIY berkembang memicu hal-hal yang tak kalah menegangkan," katanya.

Pemilihan kepala daerah yang terselenggara pada 2016 dan 2017 untuk memilih bupati dan wakil bupati serta wali kota dan wakil wali kota pun menyebabkan keterbelahan berbagai pihak. Situasi genting semacam ini perlu dilunakkan, setidaknya dengan karya sastra. Semoga saja kata-kata tidak begitu saja beristirahat, namun bisa hadir dan memberikan kekuatan untuk melawan.

"Semoga acara ini dapat hadir sebagai hiburan yang bukan sekadar hiburan. Acara ini menurut Studio Pertunjukan Sastra (SPS) bahkan sangat serius. Mengembalikan slogan `Yogya Berhati Nyaman` melalui `Yogya Berhati Tawa` dalam sebuah acara sastra," katanya.(OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya