PTS di Indonesia Kekurangan Dosen

MI
24/1/2017 09:39
PTS di Indonesia Kekurangan Dosen
()

ASOSIASI Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (Aptisi) dan Asosiasi Badan Penyelenggara Perguruan Tinggi Swasta Indonesia (ABPPTSI) mengeluhkan kurangnya dosen yang sesuai dengan standar saat ini.

Ketua Umum Pengurus Pusat Aptisi Budi Djatmiko mengatakan sekitar 37 ribu dari total 270-an ribu dosen PTS masih bergelar strata 1 (S-1). Padahal, menurut UU No 14/2005 tentang Guru dan Dosen, dosen minimal mesti bergelar S-2.

"Kalau bicara kualitas, kami PTS juga ingin berkualitas, tapi kami ini kan terbatas. Anggar-an terbatas, SDM terbatas," ujarnya saat ditemui seusai Rapat Koordinasi Rutin Bersama Kementerian, Riset Teknologi, dan Pendidikan Tinggi di Jakarta, kemarin (Senin, 23/1).

Lebih lanjut, ungkap Budi, persoalan kekurangan dosen utamanya terjadi di program studi (prodi) bidang kesehatan, seperti keperawatan, kebidanan, farmasi, dan gizi. Rata-rata dosen masih S-1, tidak bisa melanjutkan ke S-2.

Salah satu faktor utama yang menyebabkan hal itu ialah belum banyak PTN maupun PTS yang menyelenggarakan program pendidikan S-2 bidang tersebut.

Di kesempatan yang sama, Menteri Ristek dan Dikti M Nasir memastikan penyelenggara pendidikan S-2 nantinya tidak diprioritaskan pada perguruan tinggi tertentu, tetapi terbuka untuk semua, termasuk PTS. "Kalau secara kredibilitas oke, PTS pun boleh," tegasnya.

Meski tidak menyebutkan satu per satu perguruan tinggi mana saja yang akan didorong untuk dapat menyelenggarakan pendidikan S-2, menurut Menristek, sesuai permintaan Aptisi dan ABPPTSI ,setidaknya ada 15 PTS.

"Ini masih rencana. Kalau di PTN saya sudah mulai kemarin di Universitas Lambung Mangkurat, Kalimantan. Dia sudah punya profesornya, doktornya di bidang kesehatan mungkin bisa dibuka S-3 atau S-2 keperawatan," terangnya.

Nasir menilai kekurangan dosen di PTS tidak hanya terjadi karena minimnya penyelenggara S-2, tetapi juga makin banyak mahasiswa mendaftar di PTS. "Sekarang enggak lebih dari 100, antara 1:70-80 dan itu cukup bagus meski kita harus tingkatkan lagi sampai ideal 1:45 untuk sosial dan 1:35 untuk eksakta," tandasnya. (Mut/H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya