Kokurikuler Musik Sekolah Dasar Siap Diluncurkan

Putri Rosmalia Octaviyani
06/1/2017 20:03
Kokurikuler Musik Sekolah Dasar Siap Diluncurkan
(ANTARA/Fikri Yusuf)

PENGAJARAN dan pendidikan ilmu seni, selama ini, dianggap masih sangat minim di bangku sekolah Indonesia. Padahal, di banyak negara, seni, khususnya musik, telah memiliki tempat dan porsi yang besar untuk diajarkan pada anak sejak dini.

"Di luar negeri, musik sudah sangat diperhatikan dan memiliki porsi yang cukup besar di sekolah. Hal itu menyebabkan meratanya kemampuan bermusik pada anak dan masyarakat. Hal itu telah dirasakan menguntungkan pada berbagai aspek kehidupan dalam jangka panjang," ungkap Musisi dan Pelaksana Program Kokurikulum Musik yang akan dilakukan Kemebdikbud Ananda Sukarlan, saat dihubungi Media Indonesia, Jumat (6/1).

Ananda yang telah lama berkarier musik di berbagai negara tersebut mengatakan program tersebut nantinya akan dilakukan dengan pilot project sekolah dasar negeri di Jakarta mulai Agustus 2017.

Nantinya, perluasan program akan dilakukan pada sedikitnya 500 sekolah dasar di berbagai daerah Indonesia.

"Ini untuk SD sampai umur 12 tahun. Di mana otak masih lebih mudah mencerna dan tahap terbaik pertumbuhan. Mereka akan diajarkan ilmu-ilmu dasar musik, terutama membaca not balok dan instrumen. Setelah itu, akan dibentuk dalam grup-grup musik kecil," ungkap Ananda.

Sebagai awalan, pelajaran musik akan dilakukan sebanyak satu kali dalam seminggu.

Program akan dilakukan di luar jam utama sekolah. Meski begitu, seluruh siswa harus mengikutinya karena merupakan kokurikuler yang bersifat wajib sebagai penunjang intrakurikuler resmi.

Dalam prosesnya, lagu-lagu daerah akan menjadi prioritas yang dikenalkan pada siswa-siswi.

"Sebenarnya maunya seminggu dua kali. Tapi, karena ini program baru, jadi masih banyak keterbatasan, termasuk dalam tenaga. Ke depan diharapkan akan terus dapat dikembangkan," ujar Ananda.

Dalam hal pengajar, akan dilakukan audisi untuk mengumpulkan cukup tenaga ahli. Tidak hanya harus dapat bermain musik, calon pengajar harus memiliki kualitas dan kemampuan dalam menghadapi anak-anak.

"Pendidikan musik niscaya akan dapat memberikan banyak manfaat pada anak. Tidak hanya dalam hal kemampuan seni, tetapi juga dalam kehidupan sosial. Bagaimana mereka berinteraksi dan saling menghargai satu sama lain. Musik bisa membuat mereka lebih menyatu dan melupakan berbagai hal yang dapat memicu perpecahan di kemudian hari," tutur Ananda.

Sementara itu, untuk merealisasikan program tersebut beberapa kendala juga masih dihadapi, terutama dalam keterbatasan kelengkapan alat musik.

Setelah peluncurannya nanti, diharapkan akan lebih banyak stakeholder musik di Indonesia yang dapat bergabung dan memberikan andil.

"Kita akan berusaha mencari mitra karena kita membutuhkan dukungan, terutama dalam hal alat-alat musik yang saat ini masih sangat terbatas dimiliki sekolah-sekolah," tutur Ananda.

Dikatakan oleh Ananda, sekolah harus fokus pada individualitas unik dan bakat asli dari masing-masing anak.

Sebaliknya, prioritas saat ini adalah mengikuti kurikulum standar dan prosedur birokratis diberlakukan untuk menjaga nilai tes dan tidak menantang sistem. Dengan kata lain, potensi dan kecerdasan semua anak diseragamkan.

"Pendidikan musik adalah pendidikan mengenal diri sendiri. Bagaimana memilih musik yang cocok dengan karakter sang anak dan mengekspresikan apa yang ia ingin utarakan. Pada akhirnya, membuat musik sendiri yang akhirnya memaksimalisasi potensi anak itu," tutup Ananda. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya