Kerja Sama Dunia Lindungi Biodiversitas Terhambat Validitas Data

Putri Rosmalia Octaviyani
06/1/2017 22:57
Kerja Sama Dunia Lindungi Biodiversitas Terhambat Validitas Data
(MI/ROMMY PUJIANTO)

KERJA sama dunia dalam hal biodiversitas yang dibahas dan mulai terlaksana melalui Konvensi Keanekaragaman Hayati ke-13 di Meksiko, Desember lalu, menyisakan pekerjaaan rumah mengenai pengumpulan data.

Kekhawatiran akan validitas data yang tidak maksimal menyebabkan Indonesia tidak dapat banyak berperan dan minim mendapatkan manfaat dari pertemuan tersebut.

"Kelamahan data mengenai biodiversitas dan data-data pendukung lain memang membuat Indonesia tidak dapar berperan sebagai negara model. Apa yang dimiliki masih belum kuat," ungkap Enny Sudarmonowati, Deputi Bidang Ilmu Pengetahuan Hayati LIPI, dalam media briefing, di Gedung Manggala Wanabhakti, Jakarta, Jumat (6/1).

Enny mengatakan, akibat hal tersebut, Indonesia cenderung tidak menonjol dalam pertemuan tersebut.

Penyatuan data untuk mencapai validitas yang dapat dipertanggungjawabkan mengenai biodiversitas Indonesia harus terlebih dulu dirampungkan untuk dapat melakukan langkah-langkah selanjutnya.

"Jadi informasi dari beberapa lembaga dan kementerian atau NGO kita tahu tentang datanya. Di LIPI juga melakukan, di KLHK juga melakukan. Tapi ya itu harus disatukan. Indonesia masih butuh edukasi lagi juga semuanya untuk hal itu," ungkap Enny.

Staf Ahli Menteri Bidang Energi, KLHK, Arief Yuwono, di kesempatan yang sama, mengatakan pendataan dan inventarisasi akan biodiversitas Indonesia selalu dilakukan. Namun, kesulitan memang terus dialami karena objek penelitian dan pendataan yang bersifat sangat dinamis.

"Penjelajahan dan penelitian kan jalan terus. Harapannya kita bisa punya data yang mendekati, termasuk kalau kawasan mungkin mudah, jenis masih mudah, genetic ini sebetulnya yang susah. Tapi jangan dibilang kita gak bisa," ungkap Arief.

Dikatakan Arief, tantangan yang dihadapi dalam proses penelitian dan pendataan tersebut juga adanya indikasi pencurian aset biodiversitas oleh pihak asing.

Pencurian dapat dilakukan dengan berbagai cara yang mungkin tidak disadari. Hal tersebut menyebabkan proses kerja kerap terganggu.

"Banyak kerja sama yang harus kita lakukan lagi, penguatan di pintu-pintu masuk negara. Di pelabuhan, bandara, itu juga harus diperkuat," ungkap Arief.

Untuk memperkuat hal tersebut, dikatakan keduanya, salah satu yang juga akan dikuatkan ialah pada sektor pariwisata.

Wisata memegang peranan penting dalam penjagaan proses penelitian dan pendataan biodiversitas. Di antaranya melalui penguatan sertifikasi tour giude yang mengerti akan tata cara dan ketentuan pelaksanaan kerja di kawasan yang memiliki tingkat biodiversitas tinggi. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya