Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
TIAP menjelang pergantian tahun, puluhan warga yang berprofesi sebagai pedagang jamu dan mainan di Jln Mandor Ale, RT 05/RW 04, Kelurahan Sepanjang Jaya, Rawa Lumbu, Bekasi, berganti profesi menjadi pembuat terompet. Profesi itu rutin dijalani sejak 1992 silam.
Nanjiman, 43, salah satu warga di daerah itu mengatakan, seperti tahun-tahun sebelumnya, ia membuat terompet sejak empat bulan silam. Terompet itu dibuat sambil dirinya berjualan jamu yang merupakan profesi aslinya.
“Pagi, saya dan istri jualan jamu, kalau malam kami buat terompet,” ungkap Nanjiman kepada Media Indonesia, di Bekasi, Jawa Barat, Rabu (28/12).
Nanjiman menjelaskan, dengan modal Rp3,5 juta, tiap tahun dirinya bisa membuat terompet minimal 1.000 buah dengan berbagai jenis. Mulai model sepir sampai modifikasi berbagai bentuk. Proses pembuatannya dimulai sejak Oktober tiap tahunnya.
Untuk lama pembuatan, terompet berjenis sepir 100 buah bisa dibuat hanya sehari. Namun, untuk terompet berjenis naga, sejak Oktober hingga Desember 2016, baru bisa dibuat 500 buah.
“Tingkat kesulitannya berbeda. Padahal, saya kerja cuma berdua dengan suami saya. Jadi, lebih lama proses membuat terompet naga,” ujarnya.
Untuk membuat terompet makin menarik, kepala terompet model naga dibuat beragam. Misalnya menempelkan tokoh animasi seperti tokoh-tokoh Frozen dan monster serial animasi Pokemon.
Terompet-terompet yang sudah jadi biasa dia jual ke beberapa pedagang terompet keliling dengan harga bervariatif. Terompet model sepir dihargai Rp4.500 per buah, dan terompet modifikasi dihargai Rp7.500 hingga Rp8.000 per buah.
Ikut jajakan
Tak hanya membuat terompet, Nanjiman dan suaminya turut menjajakan terompet. Namun, harga jual yang digunakan dia untuk pelanggan berbeda dengan harga reseller.
Satu buah terompet jenis sepir dihargai mulai Rp5.000 hingga Rp8.000 per buah. Terompet jenis modifikasi dihargai mulai Rp15 ribu hingga Rp30 ribu.
Dengan begitu, bila musim tahun baru tiba, dirinya dapat meraup untung sebesar Rp4,7 juta. “Biasanya kalau saya dagang mainan sehari-hari hanya bisa dapat uang Rp50 ribu. Namun, kalau tahun baru bisa dapat Rp100 ribu per hari. Asalkan, saat tahun baru tidak hujan saja kami penjual terompet berbahagia,” ujarnya.
Di Jalan Mandor Ale itu bukan hanya Nanjiman yang menggeluti bisnis pembuatan dan penjualan terompet. Ada sekitar 50 kepala keluarga lainnya asal Wonogiri yang menggeluti bisnis sama.
Sugiono, 25, warga lainnya, mengaku memanfaatkan momentum tahun baru untuk meraup keuntungan. Biasanya kalau ia berprofesi sebagai pembuat dan penjual jamu hanyalah memperoleh untung Rp100 ribu per hari.
Kondisi itu berbeda saat beralih profesi jadi penjual terompet. Dengan berjualan terompet, dia mengaku bisa mengantongi untung Rp3 juta dalam seminggu.
Karena alasan itulah, momentum berjualan terompet saat pergantian tahun tak pernah dia lewatkan. Baginya, berjualan terompet ketika pergantian tahun merupakah berkah yang ditunggu-tunggu.
“Selalu naik jumlah permintaannya. Tak pernah turun, makanya kami tak pernah mau melewatkan. Ini berkah bagi kami,” pungkasnya. (Gan/S-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved