Peneliti UGM Teliti Evolusi Pembentukan Bumi di Antartika

Ardi Teristi
28/12/2016 14:32
Peneliti UGM Teliti Evolusi Pembentukan Bumi di Antartika
(http://www.antarcticstation.org)

PENELITI UGM Nugroho Imam Setiawan PhD, pada Jumat (23/12) lalu berhasil tiba di Antartika dengan menggunakan kapal ekspedisi Shirase.

Nugroho merupakan dosen di Departemen Teknik Geologi UGM yang terpilih mengikuti kegiatan penelitian masa depan planet bumi di Antartika yang diadakan Japan Antartic Research Expedition (JARE).

Dalam email yang dikirim Nugroho disebutkan bahwa saat ini kapal berhenti di tengah lautan es di daerah Teluk Lutzow-Holm yang berjarak kira-kira 10 km dari Stasiun Penelitian Syowa milik Jepang dengan
koordinat S 69 01 02.71 dan E 39 15 73.42. Selisih waktu dengan Indonesia adalah 4 jam lebih awal daripada Indonesia.

"Kondisi di luar kapal sangat dingin dengan suhu rata-rata -5 derajat celcius. Alhamdullilah tidak ada badai dan kami sudah tidak bisa lagi menjumpai malam hari lagi karena matahari selalu bersinar 24 jam," papar Nugroho melalui pers rilis dari Humas UGM, Selasa (27/12).


Ia menambahkan kapal Shirase dilengkapi teknologi memecah es sehingga jalur pelayaran di atas es menjadi lautan terbuka selebar tubuh kapal.

Hal ini dimanfaatkan rombongan penguin berspesies Adelie untuk mencari ikan di sepanjang jejak yang ditinggalkan oleh Shirase. Akibatnya, bagian belakang kapal menjadi tempat berkumpul penguin.

Nugroho menjelaskan dari tempat kapal berhenti ke arah tenggara terlihat Pantai Soya di Timur Laut Antartika yang tertutupi es tebal dengan morfologi pegunungan. Bagian atas dari pegunungan tersebut tidak tertutupi salju sehingga struktur foliasi bertipe gneissik sangat jelas terlihat menggunakan teropong dan kamera berlensa tele yang juga
merupakan target penelitian mereka.

"Pegunungan ini diberi nama Langhovde yang merupakan nama Norwegia berdasarkan negara penemu pertama kali yang berarti kepala panjang," urainya.

Selain itu, beberapa grup peneliti telah diberangkatkan ke Stasiun Syowa menggunakan helikopter. Nugroho menuturkan ada perubahan jadwal bagi tim geologi dikarenakan 1 helikopter mengalami kerusakan. Jadwal lapangan ini mundur dari seharusnya 19 Desember menjadi 27 Desember.

Informasi lain yang disampaikan Nugroho yaitu tim peneliti Terrestrial Biology akan memasang sensor gerak dan kamera pada 20 anjing laut spesies Weddel Seal (15 betina dan 5 jantan) untuk diteliti habitat dan aktivitas hidupnya. Tim tersebut mengadakan voting untuk memberikan nama bagi 20 anjing laut tersebut.

"Dari dua nama yang saya usulkan hanya satu nama untuk betina yaitu GAMA dari Gadjah MAda terpilih dalam 10 besar untuk nama salah satu anjing
laut betina dan akan digunakan untuk penelitian," katanya.

Tim geologi ini, kata Nugroho, mulai 27 Desember akan memulai kegiatan lapangan tahap pertama yang akan berlangsung selama 41 hari di lapangan
hingga 5 Februari 2017. Seperti diketahui, Nugroho merupakan satu-satunya anggota tim ekspedisi yang berasal dari kawasan Asia Tenggara. Ia berhasil masuk dalam tim JARE 58 bersama dengan dua peneliti lain dari Mongolia dan Srilanka setelah melalui seleksi wawancara dan rekomendasi.

Beberapa waktu sebelum berangkat ke Antartika, Nugroho sempat menyampaikan kepada Media Indonesia melalui email, penelitian yang akan dilakukan di Antartika adalah penelitian komprehensif mengenai evolusi bumi dari berbagai macam disiplin ilmu seperti geologi, geografi, biologi, oceanografi, glasiologi, astronomi, klimatologi, dan lain-lain.

"Benua Antartika merupakan benua terra incognita yang masih jarang diteliti dan menyimpan informasi penting mengenai evolusi bumi karena posisinya yang strategis berada di Kutub Selatan, tersingkap batuan yang memiliki informasi proses pembentukan bumi, dan memiliki efek langsung dari perubahan iklim bumi," kata dia.

Dari penelitian tersebut diharapkan dapat menguak kondisi bumi masa lalu,saat ini, dan masa yang
akan datang.

"Khususnya penelitian yang akan kami lakukan adalah di bidang geologi, yaitu mengetahui evolusi pembentukan bumi melalui batuan metamorf yang
tersingkap di Antartika."

Khusus bidang geologi, total ada 8 ahli geologi dalam tim geologi JARE. Tiga di antaranya berasal dari negara non Jepang (Indonesia, Sri Lanka,
dan Mongolia).

"Secara khusus, saya dan dua peneliti lainnya dari negara non-Jepang merupakan observer dalam ekspedisi ini. Walau begitu, tugas kami sama dengan ke-5 ahli geologi dari Jepang yaitu melakukan penelitian pada batuan metamorf yang tersingkap di Antartika," terang dia.

Tugas penelitian di bidang geologi tersebut meliputi melakukan ekspedisi, deskripsi, identifikasi lapangan, dan pengambilan sampel batuan metamorf yang tersingkap di Ltzow-Holm Complex, Rayner Complex dan Napier Complex. (OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya