BRG Fokuskan Perencanaan

Richaldo Y Hariandja
20/12/2016 08:07
BRG Fokuskan Perencanaan
(MI/Richaldo Y Hariandja)

BADAN Restorasi Gambut (BRG) masih memfokuskan kinerja mereka pada tahap pematangan rencana, pemetaan wilayah, dan percobaan di empat kabupaten yang menjadi fokus restorasi di tahun kerja pertama. Empat daerah yang menjadi fokus restorasi ialah Pulang Pisau di Kalimantan Tengah, Meranti di Riau, serta Ogan Komering Ilir, dan Musi Banyuasin di Sumatra Selatan.

Seusai mematangkan perencanaan, pada tahun kedua, BRG kemudian akan memulai pembangunan fisik, seperti sekat kanal serta sumur bor yang dapat menjadi cara mencegah gambut kering dan terbakar secara intensif. "Idealnya, seluruh pembangunan fisik dilakukan setelah perencanaan yang matang. Kalau tidak, kita akan boros sumber daya dan waktu," ucap Kepala BRG Nazir Foead saat ditemui pada kunjungan lapangan dalam rangka Simposium Lahan Gambut Internasional, di Kabupaten Pulang Pisau, Kalimantan Tengah, kemarin.

Meskipun demikian, pembangunan sekat dan sumur bor skala kecil sudah dilakukan BRG. Di Pulang Pisau, 33 sekat skala kecil (tabat) dibangun di tahun ini.

BRG tidak sendirian. Pada tahun depan, sudah dalam rencana, bakal ada pembangunan 70 sekat besar dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PU-Pera) serta 3.000 tabat dari BRG. Salah satu kunci dalam pembuatan sekat, lanjut Nazir, berada dalam penyiapan masyarakat. "Kalau masyarakat tidak siap, dan tidak kita beri pengertian, bisa dipastikan akan mereka jebol. Itu berdasarkan pengalaman saya dulu," imbuh Nazir.

Oleh karena itu, salah satu perencanaan yang sedang dibangun BRG ialah penguatan masyarakat. Masyarakat akan menjadi pihak yang membangun dan memelihara sekat kanal yang menjadi kunci agar lahan gambut tidak kering. Sementara itu, untuk tahun kedua, BRG menargetkan restorasi 1 juta lahan gambut.

Pada saat simposium itu juga sempat diperlihatkan bagaimana masyarakat membangun sekat kanal dengan menggunakan peralatan sederhana dari kayu gelam serta berkarung-karung tanah untuk menjaga muka air tetap 40 sentimeter.

Karakteristik berbeda
Deputi Konstruksi, Operasi, dan Pemeliharaan BRG Alue Dohong dalam kesempatan yang sama menyatakan pembangunan sekat kanal sederhana memakan biaya Rp10 juta. Salah satu kelebihan sekat tersebut ialah masyarakat yang menggunakan kanal sebagai jalur transportasi tetap dapat melewatinya karena diberi celah.

Meskipun demikian, dikatakan Alue, pembangunan sekat kanal bergantung pada kondisi gambut setempat. "Kalau gambutnya dalam, kita tidak bisa membuat sekat padat karena bisa lapuk kayunya jika terus menerus kena air," ucap dia.

Oleh karena itu, lanjut Alue, pembangunan sekat kanal solid dan permanen yang biasa dipraktikkan di Kanada dan Amerika Utara tidak dapat langsung diadopsi di Indonesia. Hal itu disebabkan gambut tropis di Indonesia memiliki karakteristik berbeda dari gambut di negara lain. "Jadi, kalau di kita ini dari serasah (guguran daun, tangkai, ranting, dahan, cabang, kulit kayu, bunga, kulit yang tidak terdekomposisi), dan lebih kompleks daripada gambut di daerah lain," tukas dia. (H-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya