Desain Cegah Kebakaran Hutan Disusun

DESAIN besar (grand design) pencegahan kebakaran hutan, lahan, dan kebun (karhutlabun) tengah disiapkan pemerintah.

Sebanyak 17 kementerian dan lembaga dilibatkan, termasuk Badan Restorasi Gambut (BRG). Salah satu pe-ran yang dipegang BRG ialah menyiapkan data wilayah lahan gambut yang rawan terbakar.

"Mereka (tim kerja penyu-sun grand design pencegahan karhutlabun) akan mengacu pada peta indikatif restorasi gambut dan yang sedang kami develop, peta rawan kebakar-an di gambut," ucap Deputi bidang Perencanaan dan Kerja Sama BRG, Budi Wardhana, di Jakarta, Sabtu (17/12).

Untuk menyempurnakan peta rawan kebakaran di kawasan gambut, lanjut Budi, BRG akan mengecek ulang data bersama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) serta Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan).

Menurutnya, salah satu hal yang perlu dipertimbangkan untuk menyempurnakan peta tersebut ialah curah hujan di kawasan bersangkutan.

Sebelumnya, Menteri Peren-canaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro menyatakan pemerintah menaruh perhatian besar terhadap lahan gambut dengan mengintegrasikan strategi pengendalian karhutlabun dan restorasi gambut ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) dan Rencana Kerja Pemerintah (RKP) 2017.

"Saat ini lahan gambut semakin rentan terkena perubahan tata guna lahan, kebakaran, dan juga dampak perubahan iklim," terang Bambang.
Menurutnya, aspek pencegahan kebakaran menjadi sangat penting.

Pasalnya, jika kebakaran sudah terjadi, api akan sulit dipadamkan dan itu menimbulkan kerugian ekonomi yang sangat besar.

Tahun lalu saja, kata Bambang, kerugian ekonomi akibat karhutlabun mencapai Rp221 triliun.

Kerugian tersebut mencakup pembatalan penerbangan, penutupan kantor, hingga mendeknya aktivitas ekonomi karena kabut asap.

"Kebakaran tahun lalu juga sudah mengakibatkan setengah juta orang di 6 provinsi menderita ISPA (infeksi salur-an pernapasan atas)," imbuh Bambang.

Lima strategi

Pelaksanaan pencegahan dalam grand design tersebut, lanjut Bambang, diprioritaskan pada areal rawan karhut-labun di delapan provinsi. Yakni Riau, Jambi, Sumatra Selatan, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, dan Papua.

Lima strategi utama di dalamnya fokus pada penyedia-an insensif dan disinsentif ekonomi, penguatan peranan masyarakat desa, penegakan hukum, pengembangan infra-struktur di wilayah rawan kebakaran, dan penguatan respons dini kebakaran.

Sementara itu, peneliti dari Center for International Fo-restry Research (Cifor) Herry Purnomo yang masuk tim perumus rancangan grand design tersebut mengatakan bentuk peraturan legal terkait sedang dirumuskan.

"Belum tahu apakah bentuknya PP atau peraturan lain. Tapi, kalau itu dilakukan, 50% kebakaran dapat dikurangi," terang dia.

Pendanaan yang dibutuhkan untuk pelaksanaannya mencapai Rp39 triliun.

Sumber dana, menurut Herry, tidak hanya dari pemerintah, tapi dari negara pendonor juga. (H-3)