Guru Agama Perlu Wawasan Kebangsaan

Indriyani Astuti
16/12/2016 07:54
Guru Agama Perlu  Wawasan Kebangsaan
(ANTARA/Nyoman Budhiana/)

PUSAT Pengkajian Islam dan Masyarakat (PPIM) Universitas Islam Nasional (UIN) Syarief Hidayatullah memberikan gambaran tentang persepsi guru pendidikan agama Islam (PAI) mengenai toleransi dan islamisme.

Berdasarkan hasil penelitian, para guru PAI memandang bahwa dasar negara yang pas untuk Indonesia ialah Pancasila. Namun, mayoritas dari mereka memiliki aspirasi kuat bahwa Indonesia seharusnya menerapkan hukum Islam.

Penelitian itu dilakukan pada 330 guru PAI yang mengajar di sekolah umum dan madrasah di 11 kabupaten/kota yakni Garut, Tasik, Ciamis, Solo, Mataram, Lombok Timur, Aceh Besar, Pidie, Makassar, Bulukumba, dan Maros.

Peneliti Senior di PPIM UIN, Didin Syafruddin, menyampaikan kondisi tersebut bukan berarti mencerminkan secara umum pemahaman guru PAI di Indonesia karena penelitian dilakukan secara sampling.

“Dari hasil penelitian juga menunjukkan guru PAI yang pendalaman agamanya baik, persepsinya mengenai toleransinya lebih baik. Hal itu dilihat dari latar belakang pendidikan pesantren atau bukan, serta pengayaan ilmu agama yang didapat,” ujarnya.

Dalam menanggapi hasil penelitian itu, Sekretaris Dirjen Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) Nur Zaman mengatakan pendidikan agama merupakan bagian dari pendidikan nasional, sehingga harus mempunyai misi kebangsaan. Toleransi dalam kehidupan beragama, ujarnya, ada dalam kompetensi kepribadian yang harus dimiliki para guru agama, termasuk guru PAI.

Dalam menyikapi temuan PPIM UIN tersebut, menurutnya diperlukan seleksi dan rekrutmen guru PAI yang memiliki kompetensi studi Islam dan wawasan kebangsaan yang kuat. Oleh karena itu, Kementerian Agama yang bertanggung jawab dalam sertifikasi guru agama bersama Kemendikbud terus mengupayakan pelatihan dan bimbingan kepada para guru PAI.

Senada, Direktur Pendidikan Agama Islam Dirjen Pendidikan Islam Kemenag Imam Safei juga mengatakan bahwa pendidikan agama di sekolah bertujuan untuk mencegah timbulnya persoalan intoleransi serta paham radikalisme.

Dorong inklusivitas
Berkenaan dengan kebangsaan dan wawasan keislaman, organisasi masyarakat Islam seperti Nahdlatul Ulama (NU) dan Muhammadiyah juga berperan penting dalam merawat kebinekaan.

Pada kesempatan itu, Ketua Pengurus Besar NU Imam Aziz mengungkapkan masalah terkait intoleransi yang terjadi belakangan ini menurutnya cukup merisaukan dan mendistorsi semangat dan komitmen kebangsaan yang telah dibangun bersama.

Dia juga berpandangan permasalah­an yang muncul bukan sepenuhnya dilatarbelakangi persoalan keyakinan. “Persoalannya tidak semata-mata soal keyakinan. Tapi, menyangkut politik serta kesetaraan ekonomi,” ujarnya.

Sekretaris Umum PP Muhammadiyah Abdul Mu’ti mengatakan perlunya membangun pola pikir kebangsaan para guru PAI, khususnya dalam menyikapi isu intoleransi.

“Yang perlu didorong ialah inklusivi­tas sosial, membiasakan bergaul dengan komunitas yang lebih beragam,” pungkas dia. (H-3)

indriyani@mediaindonesia.com



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Ricky
Berita Lainnya