Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
PENELITI Pusat Pencegahan dan Pengawasan Penyakit Amerika Serikat (CDC-AS) menemukan bukti bahwa virus Zika yang menginfeksi ibu hamil dengan menembus plasenta dan hidup di otak janin dapat terus tumbuh di otak bayi sesudah dilahirkan.
“Hasil pengamatan kami, virus Zika terus menggandakan diri di otak bayi sesudah persalinan selama beberapa bulan, lebih lama daripada yang kami bayangkan,” kata Julu Bhatnagar, kepala penelitian patologi molekuler bidang Infeksi Penyakit Menular CDC, seperti dikutip Reuters.com, Selasa (13/12).
Temuan itu membantu menjelaskan bagaimana virus itu menyebabkan kecacatan pada bayi dan keguguran walau gejala infeksi yang dirasakan sang ibu terbilang ringan. Selama ini, Zika diduga kuat menyebabkan bayi lahir dengan mikrosefali atau cacat pertumbuhan otak yang ditandai dengan ukuran kepala lebih kecil daripada bayi normal.
Pada penelitian itu, tim CDC mengamati jaringan tubuh 52 pasien yang diduga terjangkit virus Zika, termasuk bagian otak delapan jasad bayi terserang mikrosefali. Mereka juga memeriksa jaringan plasenta 44 perempuan hamil yang terinfeksi Zika. Sebanyak 22 di antara mereka melahirkan bayi tampak sehat, sedangkan 22 lainnya mengalami keguguran, aborsi, atau melahirkan bayi dengan mikrosefali.
Peneliti menemukan materi genetik Zika di jaringan otak janin dan plasenta dapat bertahan selama tujuh bulan setelah ibu hamil terjangkit virus itu. Dalam satu kasus, mereka menemukan bukti virus tumbuh di tubuh bayi dengan mikrosefali dua bulan setelah dilahirkan.
Delapan bayi mikrosefali yang akhirnya meninggal dunia terbukti mengidap Zika. Ibu dari bayi itu dilaporkan terjangkit virus pada trimester pertama masa kehamilan. Temuan itu mengonfirmasi bukti awal yang menunjukkan virus Zika cukup berbahaya jika menjangkiti perempuan di awal masa kehamilannya.
“Kami belum tahu berapa lama virus dapat bertahan dan dampaknya terhadap bayi mikrosefali, juga ke bayi yang tampak sehat tetapi ibunya mengidap Zika saat kehamilannya,” imbuh Bhatnagar.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) bulan lalu mengumumkan virus Zika tidak lagi menyebabkan kedaruratan di dunia. Namun, WHO menekankan perlunya program jangka panjang untuk menanggulangi virus yang terhubung ke banyak kasus cacat lahir dan komplikasi penyakit saraf. Hingga saat ini belum ada obat atau vaksin untuk menanggulangi Zika, yang sebelumnya diduga hanya menyebabkan penyakit ringan. (Ant/H-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved