Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
MENULIS cerita sehari-hari bagi perempuan menjadi salah satu cara pemberdayaan diri. Selain menghasilkan dokumentasi, secara tidak langsung dengan menulis perempuan juga bisa mengenali apa yang terjadi pada diri dan lingkungannya.
Komisioner Komisi Nasional (Komnas) Perempuan Magdalena Sitorus bersama Penerbit Jalasutra meluncurkan lima seri Buku Catatan Harian Magdalena Sitorus (2011-2015). Kehadiran buku tersebut diharapkan bisa menginspirasi setiap perempuan untuk bisa mulai menulis.
"Perempuan bisa begitu bebas mengeluarkan pendapat tentang apa saja hal-hal yang dialaminya sehari-hari. Mulai dari rasa kehilangan, persoalan keluarga, hingga menganai persoalan bangsa ini," ujarnya saat Peluncuran Lima Seri Buku Harian Magdalena Sitorus di Jakarta, Rabu (30/11) malam.
Lima seri buku yang ditulis Magdalena masing-masing berjudul Semua Ada Waktunya (2012), Putri Malu (2013), Sepatu Emas Buat Inang (2014), Kain Cinta Tanpa Batas (2015), dan Perempuan dan Perempuan (2016).
Ia mengaku, semua buku yang ditulisnya berangkat dari pengalaman sehari-hari mulai bangun tidur hingga tidur kembali. Bahkan kisah orang lain yang menurutnya penting dan bisa mengayakan manusia pun tidak luput untuk ditulis.
"Mungkin orang beragama akan bilang ini salah, tapi saya menulis untuk menjalin relasi dengan 'yang sudah tidak ada'. Sejak kepergian suami, saya seakan-akan menulis surat untuk dia," kenangnya.
Di kesempatan yang sama, Manajer Penerbit Jalasutra Nur Imroatus menuturkan bahwa lewat tulisan yang sederhana dan dekat dengan perempuan seperti catatan harian bisa menjadi bagian dari wacana publik. Terlebih lagi, menulis juga bisa membongkar hal tabu yang sulit diungkapkan.
Apalagi, tidak jarang perempuan menjadi saksi mata dan mengalami langsung peristiwa ketidakadilan yang terjadi di lingkungan sekitar.
Dengan cara menulis, semua pengalaman menyenangkan atau mungkin kekerasan bisa diutarakan secara gamblang.
"Selama ini ketika perempuan mengalami sebuah kejadian seringkali diceritakan sebagai rumpian sesama perempuan atau ada juga yang melampiaskan emosi dengan cara desktruktif. Padahal, menulis bisa lebih menanangkan dan akan jauh lebih bermanfaat," cetusnya. (OL-3)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved