Empat Populasi Masyarakat Ibu Kota Rawan HIV/AIDS

Deni Aryanto
25/11/2016 12:58
Empat Populasi Masyarakat Ibu Kota Rawan HIV/AIDS
(ANTARA/Jefri Aries)

ANGKA pengidap penyakit HIV/AIDS di Ibu Kota Jakarta terbilang tinggi. Untuk menanggulanginya, masyarakat yang berpotensi atau terjangkit penyakit mematikan ini diminta memeriksakan kesehatan mereka untuk segera ditangani.

Sekretaris Komisi Penanggulangan AIDS Provinsi (KPAP) DKI Jakarta Rohana Manggala memaparkan hasil data perhitungan sementara pada Rapat Kerja Fast Track DKI Juni 2016 lalu, ditemukan bahwa warga Ibu Kota yang telah terjangkit HIV/AIDS mencapai 75.265 jiwa.

Jumlah itu berasal dari empat populasi berisiko terkena HIV/AIDS, yakni para pekerja seks komersial, pengguna napza jarum suntik (penasun), LSL (lelaki yang berhubungan seksual dengan lelaki lain), serta waria.

"Sesuai instruksi gubernur, kita terus berkomitmen menekan angka warga terinveksi HIV/AIDS sampai 2020 dan berakhir sampai ke angka nol pada 2030," kata Rohana, Jumat (25/11).

Perang terhadap penyakit mematikan ini makin gencar dilakukan di berbagai daerah.

Di Jakarta, KPAP setempat menggulirkan program penangguangan bahaya HIV/AIDS yang diberi nama Fast Track Ending AIDS Epidemik 2020.

Dijelaskan Rohana lebih lanjut, program ini merupakan terobosan pendekatan guna mengatasi masalah penularan dan penanggulangan HIV/AIDS.

Bentuk langkah percepatan mengakhiri bahaya penyakit tersebut, tambah dia, pihaknya terlebih dahulu menentukan target populasi warga yang berisiko virus HIV/AIDS.

Setelah itu, pemerintah akan melakukan pendekatan penanganan AIDS, yang biasa disebut sebagai program '90-90-90'.

Program tersebut ditujukan untuk mengelompokan bagaimana cara menemukan - mengobati - mempertahankan masyarakat Jakarta yang diketahui positif terinfeksi virus HIV/AIDS.

"Estimasi populasi (masyarakat terjangkit virus HIV/AIDS) di Jakarta, hingga tahun 2020, akan mencapai 92.919 jiwa dan semuanya harus dites. Artinya, 90% mereka yang terinfeksi akan menyadari statusnya. 90% orang dengan status HIV mendapatkan akses layanan dan pengobatan, dan 90% ODHA mendapatkan pengobatan dan dukungan ARV (Anti Retro Viral), sehingga dapat menurunkan jumlah virus HIV dalam darahnya hingga ke level 'tidak terdeteksi'. Dengan begitu diharapkan persebaran HIV di Jakarta, kian lama makin berkurang," jelasnya.

Jumlah paling besar yang mengidap HIV/AIDS adalah dari kelompok lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki (LSL) lalu yang kedua dari kelompok PSK.

Namun, untuk tingkat penularan tertinggi ada pada kelompok pengguna narkoba suntik. Sedangkan untuk populasi rentan terbesar ada pada ibu hamil, lalu penderita TBC, dan kelompok lelaki yang jauh dari keluarga.

Karena itu, ia mengimbau agar warga yang masuk dalam kriteria 4 populasi tersebut untuk melakukan pemeriksaan HIV/AIDS, dengan melakukan Voluntary Counselling and Testing (VCT) di setiap puskesmas terdekat. Setelah dapat terdeteksi penderitanya, baru langkah penyembuhan dilakukan.

"Tes HIV/AIDS gratis dilakukan di Puskesmas dan dibiayai APBD DKI. Untuk obatnya pun gratis, tanpa biaya," pungkasnya. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya