Sekali Kayuh dengan Digitalisasi

MI
22/11/2016 08:35
Sekali Kayuh dengan Digitalisasi
(MI/IRANA SYALINDRA)

DIGITALISASI akhir-akhir ini merupakan keniscayaan untuk menghindari kepunahan, mulai urusan ekonomi sampai ketahanan seni budaya, apalagi, ketika generasi digital native, mereka yang lahir atau dibesarkan dalam era digital yang telah akrab dengan komputer, gawai, dan internet, terus bertambah.

"Di mata merekalah perangkat digital (digital tools) yang sekarang berkembang dan sedikit banyak telah mengubah perekonomian kita merupakan hal yang masuk akal. Agak berbeda halnya dengan generasi yang lebih tua," papar profesor Pare Keiha dari Auckland University of Technology (AUT) dalam work shop Digital Story Telling bagi peserta Pegiat Budaya 2016 di AUT, Auckland, Selandia Baru, kemarin.

Dekan Fakultas Pengembangan Maori dan Masyarakat Asli AUT itu mengatakan utilisasi digital tools sejatinya bisa memberikan keuntungan ganda. Mentransformasi pengalaman seseorang atas seni budaya sekaligus mendatangkan pemasukan.

Selandia Baru telah mempraktikkan hal tersebut. 'Negara Kiwi' itu terbilang cukup maju dalam memanfaatkan digital tools guna mempertahankan budaya suku asli, Maori, sekaligus memonetisasi perangkat itu pada saat yang sama.

Ia memaparkan sejumlah hal yang sudah dilakukan Selandia Baru ialah contoh. Umpama, pembuatan e-publication untuk cerita-cerita rakyat, museum artefak, dan sebagainya. Kemudian, pembuatan aplikasi berkaitan dengan environmental tourism di Selandia Baru atau Motutapu Restoration Trust.

Bagaimana dengan Indonesia? Menurut Kepala Museum Ullen Sentalu Yogyakarta, Daniel Haryono, belum ada standar pemanfaatan digital tools untuk kegiatan seni budaya di Tanah Air.

Pelakunya pun banyak yang belum melek teknologi. "Tapi semua pasti mengarah ke sana (digitalisasi). Mudah-mudahan tempat kita berkembang," ucap salah satu peserta Pegiat Budaya 2016 itu.

Menurut dia, utilisasi digital tools juga memungkinkan pegiat budaya menerima dan merespons audiens. Ia berharap pemerintah membuat program terkait dengan digitalisasi bagi sektor seni budaya. Umpama, melatih sejumlah pelaku sektor terkait untuk menjadi agen perubahan yang dapat membantu menyebarkannya ke masyarakat luas.

Edy Gunawan dari Balai Pelestarian Cagar Budaya Kalimantan Timur mengungkapkan hal senada. "Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bisa menjadi leading sector untuk mendukung digitalisasi ini." Di sisi lain, para pegiat seni budaya pun dinilainya perlu memperkuat koordinasi dengan pemerintah.(Sha/H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya