Kemenristek dan Dikti Mesti Segera Buka DLP

Arnoldus Dhae
22/11/2016 08:30
Kemenristek dan Dikti Mesti Segera Buka DLP
(Sejumlah dokter yang tergabung dalam Ikatan Dokter Indonesia (IDI) berunjuk rasa menolak program pendidikan Dokter Layanan Primer (DLP)---ANTARA/Prasetia Fauzani)

UNIVERSITAS Udayana (Unud) Denpasar, Bali, mendesak Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek dan Dikti) segera membuka program studi (prodi) dokter layanan primer (DLP) di seluruh universitas dan perguruan tinggi yang memiliki fakultas kedokteran (FK). Dosen senior FK Unud Prof I Nyoman Mangku Karmaya menjelaskan DLP akan dibuka di 12 universitas di Indonesia.

Dari 12 universitas tersebut, baru Universitas Padjadjaran yang sudah merealisasikannya, sedangkan yang lainnya masih dalam tahap persiapan.

Menurutnya, DLP ialah sosok baru profesi dokter yang lahir dari UU Pendidikan Dokter No 20/2013 dan implementasinya baru tahap persiapan tahun ini. "UU sudah ada. Sekarang tinggal Kemenristek dan Dikti yang mengeksekusi," ujarnya di Denpasar, kemarin (Senin, 21/11).

DLP ialah dokter yang mendapatkan pendidikan lanjutan setara spesialis yang mengintegrasikan prinsip-prinsip ilmu kedokteran keluarga, ilmu kedokteran komunitas, dan ilmu kesehatan masyarakat, serta mampu memimpin serta menyelenggarakan pelayanan kesehatan tingkat pertama atau primer berkualitas.

Kebijakan pemerintah membuka program DLP memicu kontroversi. Sementara itu, suara penolakan santer digemakan dengan beragam cara. Informasi yang menyesatkan pun banyak bermunculan.

Antara lain soal wajib atau tidak seorang dokter umum ikut DLP dan biaya yang mahal. "Ini tidak wajib," ujar Ketua Perhimpunan Dokter Layanan Primer Indonesia dr Dhanasari Vidianati, Kamis (17/11). Sementara itu, biaya yang dibutuhkan pun hanya Rp13,5 juta per semester.

Yang terjadi selama ini, dokter umum di puskesmas hanya mengandalkan pengobatan secara parsial. "Mengeluh sakit kepala, diberi obat, selesai. Padahal, sebenarnya sakit, bukan karena penyakit, melainkan mungkin secara psikologi tertekan dengan beban di keluarga dan sebagainya. Contoh lain kalau ada orang sakit telinga, dokter memberi obat, mengangkat kotoran dari telinga dan sebagainya. Dokter tidak pernah mengetahui kenapa telinga itu menjadi kotor dan sakit. Di sinilah DLP berperan," jelas I Nyoman.

Untuk Unud, saat ini persiapan prodi DLP sudah selesai. Tahap akhir persiapan sudah dilakukan dengan mendidik 25 tenaga dokter pembimbing Puskesmas.(OL/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya