Cegah Status HIV ke AIDS Harus Masif

Indriyani Astuti
22/11/2016 08:20
Cegah Status HIV ke AIDS Harus Masif
(ANTARA/Eric Ireng)

PENANGGULANGAN yang lebih masif harus dilakukan pemerintah guna mencegah orang dengan HIV masuk ke tahap AIDS. Indeks kumulatif kasus terinfeksi HIV yang dilaporkan hingga Maret 2016 ialah 198.219.

Saat ini terdapat lima kota dengan kasus HIV tertinggi di Indonesia. Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan 2016, jumlah infeksi HIV tertinggi, yaitu DKI Jakarta dengan 40.500 kasus, disusul Jawa Timur 26.052, Papua 21.474, Jawa Barat 18.727, dan Jawa Tengah 13.547.

Pengurus Yayasan AIDS Indonesia Bernhard Adilaksono mengatakan diperlukan edukasi dan sosialisasi mengenai HIV & AIDS kepada masyarakat sebab saat ini masih banyak yang punya stigma dan persepsi salah mengenai HIV.

Menurutnya, apabila HIV bisa dideteksi secara dini dengan melakukan tes darah, angka harapan hidup ODHA bisa lebih tinggi. Salah satunya dilakukan melalui terapi obat antiretroviral (arv).

"Tes HIV sebenarnya sudah gratis di puskemas-puskesmas, tapi banyak orang yang takut melakukan itu. Mereka khawatir positif apa yang harus dilakukan, pengobatannya bagaimana. Banyak yang belum teredukasi," ujarnya dalam diskusi di Jakarta, kemarin (Senin, 21/11), berkaitan dengan Hari AIDS sedunia yang diperingati setiap 1 Desember.

Dengan banyaknya ketidaktahuan masyarakat akan HIV dan AIDS, Yayasan AIDS Indonesia menganggap kampanye untuk meningkatkan kesadaran akan penyakit itu perlu lebih luas dan menjangkau semua kalangan, khususnya melalui media massa dan media sosial. Kendati angka kematian menurun dari semula 0,94 % menjadi 0,02% pada 2014, masyarakat umum juga tetap berisiko.

Disebutkan, faktor risiko penularan saat ini yang tertinggi melalui heteroseksual (66%), jarum suntik (11,3%), lalu penularan melalui prenatal (2,8%). Sementara itu, jumlah AIDS menurut pekerjaan dan status ialah ibu rumah tangga yang tertinggi.

Saat ini, menurut Kemenkes, jumlah ODHA yang telah mendapatkan pengobatan arv sampai Maret 2016 65.826 orang. Pemakaian regimen-nya 76,39% atau 50.285 orang.

Negatif HIV
Terapi arv diyakini dapat memperlambat pertumbuhan virus HIV. Achi, 38, didiagnosis terkena HIV sejak 2005 dan mulai terapi arv sejak 2007.

"Minum obat dan pola hidup sehat sehingga saya belum masuk pada AIDS. Obatnya harus diminum setiap hari, seumur hidup. Dikonsumsi teratur karena kalau tidak tubuh kita akan resisten dan berpotensi terkena penyakit yang bisa memicu AIDS," tuturnya.

Sekarang Achi sudah mempunyai seorang anak berusia 2,5 tahun dan statusnya negatif HIV. Diakuinya, terapi arv dapat menimbulkan efek, tapi pada dirinya tidak. Oleh karena itu, dia menyarankan ODHA, sebelum melakukan terapi ARV, mesti konsultasi terlebih dahulu dengan dokter.

Antisipasi
Dalam rangka mengantisipasi penyebaran HIV/AIDS di kalangan siswa, anggota DPRD Kota Palangkaraya dari Partai NasDem Mukarramah meminta pemerintah kota bersama sekolah mengintensifkan sosialisasi HIV/AIDS.

"Bila perlu, setiap mata pelajaran yang diajarkan diintegrasikan dengan pendidikan agama. Apalagi pengetahuan agama juga merupakan bekal dan benteng hidup anak dalam mengantisipasi berbagai dampak negatif pergaulan," kata Mukarramah di Palangkaraya, kemarin.(Ant/SS/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Panji Arimurti
Berita Lainnya