Pegang Teguh Falsafah Pancasila dalam Bernegara

10/11/2016 06:50
Pegang Teguh Falsafah Pancasila dalam Bernegara
(PEMKAB PURWAKARTA)

BANGSA Indonesia memiliki ideologi yang sangat kuat dalam konteks falsafah. Akan tetapi, hal itu masih sekadar 'ramai' dalam diskusi dan seminar, bukan menghiasi konstitusi dalam rangka menata negara.

Pancasila seharusnya tidak hanya menjadi simbol, tetapi juga menjadi panduan dalam bernegara dan kehidupan sehari-hari.

"Pancasila itu bukan simbol yang mati, ia roh konstitusi sebab di dalamnya terdapat nilai kebangsaan yang mengedepankan kesetaraan tanpa memandang latar belakang suku, ras, agama, ataupun bahasa," jelas Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi kepada Media Indonesia di Purwakata, Jawa Barat, Jumat (4/11).

Kang Dedi --panggilan akrab Dedi Mulyadi-- mencontohkan di Negara Bineka ini sering terjadi konflik atas nama agama. Padahal, sejak zaman 'nenek moyang', bangsa Indonesia sangat memegang teguh 'perdamaian' walau berbeda (agama, ras, suku, dan bahasa).

Menurut dia, bila bangsa Indonesia masih memegang teguh falsafah 'Damai' dalam tata cara beragama, konflik antarumat, bahkan internal umat beragama tidak perlu terjadi.

"Prinsip saling menghormati dalam menjalankan ajaran dan kepercayaan masing-masing jangan hanya ada dalam teks undang-undang dasar, itu harus menjadi 'roh' interaksi kehidupan, menjadi tradisi, dan kebudayaan," ujarnya Kang Dedi.

Ia pun membahas tentang pentingnya toleransi dalam kehidupan yang sudah dicontohkan oleh para karuhun (orang terdahulu) Sunda, bahkan Indonesia.

Ia berpendapat negara ini dapat berdiri 'tegak' menjadi sebuah negara dan tatanan sosial hanya karena nilai toleransi. Dedi mencontohkan masuknya pemahaman keyakinan di tengah masyarakat Indonesia tanpa melalui kekerasan.

Namun, lanjutnya, karakter inklusivitas religi tersebut sudah sangat langka. "Keyakinan baru selalu diterima dengan tangan terbuka oleh bangsa Indonesia. Jadi, sejak dulu bangsa ini sudah toleran, jangan rusak toleransi itu dengan pemaksaan dalam berkeyakinan."

Hari Pahlawan
Terkait dengan peringatan Hari Pahlawan, Kang Dedi berpendapat, untuk menghargai jasa-jasa para pahlawan yang telah membebaskan Indonesia dari penjajahan maupun mereka yang membangun negara, masyarakat harus memiliki komitmen untuk menjaga negara dan bangsa dari keterbelakangan dan untuk menjadi negara yang kuat.

Komitmen tersebut, jelasnya, antara lain terhadap lingkungan. "Ketika komitmen terhadap lingkunganya kuat maka akan ada persenyawaan empat hal, yaitu manusia bersenyawa dengan tanah, manusia bersenyawa dengan air, manusia bersenyawa dengan udara, dan manusia bersenyawa dengan matahari," ujarnya.

Ditanya soal makna Hari Pahlawan dalam mengisi kemerdekaan, pria yang kerap menggunakan pakaian khas Sunda itu berpendapat, bila bangsa ini mencintai Tanah Air seharusnya menghentikan eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan yang berpotensi menghancurkan masa depan Indonesia.

"Pahlawan dulu berjuang sekuat tenaga mempertahankan bangsa Indonesia maka sejengkal tanah pun tidak boleh dirusak. Misalnya, menebang pohon diatur, penggunaan energi tidak boleh berlebihan karena energinya harus dipertahankan."

Kang Dedi juga menyoroti peran media saat ini. Menurut pria yang menjabat sebagai Bupati Purwakarta periode kedua ini, banyak media tidak mengajarkan nasionalisme. Padahal, pemikiran masyarakat lebih banyak dibentuk oleh media.

"Coba kalau film-film, karya sastra, dan novel-novel diarahkan kepada heroism keindonesiaan, pasti Indonesia akan lebih baik. Apa yang terjadi di Indonesia sekarang semua dibuat berdasarkan materialisme demi mengejar rating, kejar tayang itu yang merusak."

Ia juga mengingatkan adanya titik lemah idiologi Pancasila karena belum diterjemahkan pada norma-norma normatif secara komprehensif sehingga tafsirnya 'mengawang-awang'.

Ia juga menilai Indonesia lambat dalam membangun konstruksi undang-undang turunan dari Pancasila. Hal itu terjadi karena para eksekutif maupun yudikatif hanya sibuk membuat undang-undang politik, seperti pemilihan DPR dan pilkada. (RZ/S-25)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya