Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
DERETAN dalang top Tanah Air, seperti Ki Manteb Soedharsono, Ki Anom Suroto, dan Ki Enthus Susmono yang kini menjabat Bupati Tegal, ikut memeriahkan perayaan Hari Wayang Dunia 2016 yang dilakukan Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta sejak kemarin (Senin, 7/11) pagi.
Mereka, bersama 16 dalang lain, tampil pada festival wayang bertema Wayang cermin kehidupan yang digelar di empat panggung di Kampus ISI Surakarta. Mereka akan mendalang selama 37 jam tanpa henti. Sayangnya, pada perayaan tahun ini, Ki Manteb mempertanyakan peran serta pemerintah.
"Ngganjele atiku (yang mengganjal di hati saya) kenapa pemerintah tidak ikut cawe-cawe (andil) pada peringatan Hari Wayang Sedunia," tutur Ki Manteb kepada Metrotvnews.com, kemarin (Senin, 7/11).
Dalang kelahiran 31 Agustus 1948 tersebut mengungkapkan momentum Hari Wayang Sedunia seharusnya dimanfaatkan untuk mengangkat kesenian wayang Indonesia. Dengan demikian, wayang tidak terkesan dikesampingkan di negeri sendiri.
Terlebih, UNESCO telah menetapkan wayang sebagai warisan budaya nonbenda yang diakui dunia, tepat 13 tahun yang lalu. Ki Manteb berharap, hari ini, mulai presiden, menteri, hingga anggota DPR, meramaikan dengan menggelar maupun menyaksikan wayang.
Direktur Kesenian Ditjen Kebudayaan, Kemendikbud, Endang Caturwati, mengatakan pemerintah selalu mendukung kegiatan seni, termasuk wayang. Dukungan diberikan melalui berbagai bentuk, termasuk penyelenggaraan pergelaran wayang di daerah oleh berbagai komunitas.
"Kalaupun wayang tidak berkembang lagi, itu karena banyak faktor. Salah satunya mungkin langkanya yang menanggap atau menonton atau karena biaya mahal," kata Endang.
Salah satu daerah yang menurutnya mengalami perkembangan dalam seni wayang ialah Lampung.
Tidak jauh beda
"Sengaja kami ambil tema khusus ini atas dasar pemikiran bahwa wayang merupakan refleksi kehidupan manusia," jelas Rektor ISI Solo, Profesor Dr Sri Rochana Widyastutieningrum, kepada Media Indonesia, kemarin.
Perayaan Hari Wayang Dunia memang tidak jauh beda dengan perayaan serupa selama dua tahun berturut. Hanya, perayaan kali ini dikemas dalam bentuk festival yang mengambil tempat di depan rektorat, pendapa ageng, teater besar, dan panggung depan Teater Besar ISI Solo.
Gaya yang ditampilkan belasan dalang dalam festival wayang ini menggunakan gaya Banyumas, Surabaya, Surakarta, dan Yogyakarta.
Jenis wayang yang dipergunakan beragam, yaitu wayang kulit atau wayang purwa, wayang golek, wayang gedhog, wayang wahyu, wayang beber, dan wayang cepak.
Ketua Panitia Pelaksana Hari Wayang Dunia II, Sugeng Nugroho, menyebutkan, dalam festival ini, Ki Joko Santoso menengahkan lakon Baratayudha selama 26 jam nonsetop. "Ini lakon serius."
Menurut Sugeng, banyak yang unik di festival ini, seperti Wayang Orang Swargaloka dari Jakarta dengan lakon Kidung Kunthi Labda Manohara di teater besar dan Wayang Kolaborasi Eksklusif Cong Way Duta dari Ki Dwi Suryanto di teater kecil.
"Maka dalang cilik, remaja dari sejumlah daerah di Tanah Air, pasti menyegarkan untuk jadi tontonan dan tuntunan," imbuh Sugeng.(Pro/H-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved