Tenun Ikat SBD Butuh Perhatian

Puput Mutiara
24/9/2016 02:50
Tenun Ikat SBD Butuh Perhatian
(MI/PUPUT MUTIARA)

WARGA Sumba Barat Daya, Nusa Tenggara Timur (NTT), terutama kaum ibu dikenal lihai dalam membuat tenun ikat dari berbagai jenis benang termasuk benang kapas. Bahkan, aktivitas menenun itu sudah menjadi bagian hidup sehari-hari mereka.

Namun, setahun belakangan, para perempuan yang notabene menenun untuk membantu perekonomian keluarga itu mulai gelisah.

Pasalnya, Desa Hombarande, Sumba Barat Daya (SBD), NTT, mengalami kekeringan dan kesulitan air. Bukan lantaran musim kemarau, melainkan karena mesin pompa yang sebelumnya mampu menghasilkan air bersih untuk permukiman sekitar desa kini rusak. Padahal, proses pembuatan tenun ikat membutuhkan air.

"Tenun ikat itu dasarnya putih. Jadi kalau mau diwarnai butuh air, apalagi proses pewarnaannya itu berkali-kali," ujar Albena Mburakaka, Ketua Kelompok Tenun Trakamedi saat ditemui Media Indonesia dalam kunjungan kerja Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (Kementerian PP-PA) ke NTT, kemarin.

Untuk membuat selembar tenun ikat, waktu yang dibutuhkan hingga tiga minggu, terlebih jika benangnya berbahan kapas. Sistem pewarnaannya pun masih konvensional. Ada daun nila untuk warna cokelat muda, kombinasi kunyit dan kemiri menjadi oranye, dan ada pula warna kecokelatan yang berasal dari daun sirih. "Semuanya kami buat dari bahan-bahan alam. Kami bentuk polanya, diikat, kemudian diwarnai.

"Meski demikian, menurut Ketua Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga SBD Ratu Wula, kain tenun hasil kerja keras mama-mama (sebutan kaum ibu di SBD) itu sudah sampai dihargai hingga Rp15 juta per helai. Kebanyakan peminat berasal dari kalangan pecinta seni lokal dan mancanegara. "Melihat potensi, kami ingin tenun ikat khas SBD ini bisa sampai ekspor. Karena itu, hambatannya harus diselesaikan dulu," cetusnya.

Melalui anggaran yang ada di Kementerian PP-PA, bantuan senilai Rp1,3 miliar dikucurkan untuk mendukung pengembangan kerajinan tenun di SBD itu. Deputi Kesetaraan Gender Kementerian PP-PA Heru P Kasidi menjelaskan, nantinya dana tersebut digunakan membangun rumah-rumah tenun, sehingga mama-mama di setiap kelompok tenun memiliki tempat pelatihan dan pembinaan supaya tenun yang dihasilkan lebih berkualitas. "Pemda juga kita minta aktif. Lihat potensi di daerah mereka, kita atasi persoalan bersama-sama," tuturnya.(Puput Mutiara/H-1)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya