Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
ILMU komunikasi tidak sebatas menjadi perbincangan dalam teori semata. Lebih dari itu, teori-teori pada ilmu komunikasi bisa membantu analisa terhadap suatu peristiwa.
Hal itu seperti tertuang dalam seminar nasional Komunikasi bertemakan Perseteruan antara Haris Azhar dengan Polri dilihat dalam Perspektif Komunikasi yang digelar Universitas Budi Luhur, Jakarta, Sabtu (17/9).
Turut hadir pada seminar itu sebagai pembicara yakni, Pakar Komunikasi Prof Dr Tjipta Lesmana, Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo, dan Ketua Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Margiono.
Pengamat komunikasi politik serta Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Budi Luhur Prof Dr Tjipta Lesmana menyampaikan penyebaran testimoni Freddy Budiman oleh Koordinator Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar telah membuat para petinggi Polri tersinggung.
"Yang terjadi di antara kedua kubu ini ialah ada persepsi (dalam ilmu komunikasi) yang saling bertabrakan," ujar Tjipta.
Dia menjelaskan Haris menggunakan perspektif hukum dengan lensa kritik terhadap kepolisian. Secara tak langsung, menyinggung institusi Polri ternyata tidak serius dalam memberantas masalah narkoba secara tuntas.
"Adapun perspektif lainnya adalah freedom of press," ujar Tjipta.
Namun, petinggi Polri pun memiliki perspektif sendiri. Dalam hal ini, Polri memiliki perspektif hukum dengan lensa KUHP pasal 310 serta 311 tentang penghinaan. "Melalui perspektif tersebut, kepolisian pun menanggapi apa yang disampaikan oleh Haris Azhar sebagai penghinaan."
Pada sisi lain, kepolisian pun menggunakan perspektif pencitraan untuk meyakinkan masyarakat bahwa mereka serius menangani masalah narkoba di Tanah Air.
"Kedua persepsi inilah yang kemudian saling berseteru, dan akhirnya sekarang semakin tidak jelas penegakan hukumnya, karena mulai berbelok yang hanya menyasar perwira menengah di Polri," ujar Tjipta.
Itu sebabnya, Tjipta mendorong kepada insan media massa untuk mengawal peristiwa yang mahapenting itu terutama guna mengikuti aliran sejumlah uang ke petinggi Polri seperti disampaikan Freddy Budiman kepada Haris Azhar.
Sebelumnya, perseteruan Polri dengan Haris Azhar berawal dari tulisan Koordinator Kontras itu pada media sosial tentang percakapannya dengan mantan gembong narkoba Freddy Budiman yang menjalani eksekusi mati di Lapas Nusakambangan Cilacap, Jawa Tengah. Tulisan Haris lalu menyebar luas di berbagai media dan diekspos oleh media massa. Akibatnya timbul kegaduhan nasional.
Ketua PWI Margiono menyampaikan, sebenarnya penyebarluasan percakapan Haris dan Freddy sangat tidak jurnalistik, karena tidak ada fakta kuat dan tidak layak dipublikasikan.
"Meskipun penyampaian Haris tidak masuk dalam unsur jurnalistik, akan tetapi menjadi makanan untuk jurnalis, karena telah menimbulkan hiruk-pikuk secara nasional," tutur Margiono.
Ketua Dewan Pers Yosep Adi Prasetyo berpandangan sebelum eksekusi dan sesudahnya, kasus Freddy Budiman sudah heboh dan begitu luar biasa di kalangan masyarakat.
"Inilah yang membuat perseteruan ini jadi sangat sengit," tutur Yosep.
Menurut Ketua Panitia Seminar Nasional Komunikasi Afrina Sari, seminar itu digelar karena ketertarikan kampus atas kasus tersebut dari aspek komunikasi.
"Universitas Budi Luhur sebagai kampus yang peduli atas permasalahan bangsa, masalah ekonomi sosial dan budaya, sangat mendukung kegiatan ini secara akademik. Apalagi kami melihat berdasarkan ilmu komunikasi, permasalahan perseteruan Polri dan Haris Azhar ini merupakan persoalan komunikasi antara kedua pihak," pungkas Afrina. (RO/OL-5)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved