Yogyakarta Jadi Tuan Rumah Konvensi Pengajaran Bahasa Mandarin se-Asia Tenggara

Agus Utantoro
12/9/2016 18:15
Yogyakarta Jadi Tuan Rumah Konvensi Pengajaran Bahasa Mandarin se-Asia Tenggara
(MI/Agus Utantoro)

YOGYAKARTA akan menjadi tuan rumah penyelenggaraan Konvensi ke-11 Pengajaran Bahasa Mandarin se-Asia Tenggara (The 11th ASEAN Chinese Teaching Convention) yang akan diselenggarakan 23–26 September 2016.

Ketua Panitia Penyelenggara Yudi Sutanto menjelaskan Indonesia untuk kedua kalinya mendapat kehormatan menjadi tuan setelah beberapa tahun sebelumnya juga pernah menuanrumahi kegiatan serupa.

Ia mengemukakan, pada konvensi yang rencananya akan dihadiri oleh utusan dari 10 negara anggota ASEAN itu, juga akan dihadiri oleh perwakilan dari Tiongkok dan Taiwan.

“Banyak yang akan dibicarakan dalam pertemuan ini. Namun semuanya akan bermuara pada peningkatan kualitas pengajaran Bahasa Mandarin di kalangan negara-negara ASEAN,” katanya.

Menurut dia, pengajaran Bahasa Mandarin di sekolah-sekolah formal di antara negara-negara anggota ASEAN selama ini tidak sama. Tiap-tiap negara, ujarnya, memiliki corak tersendiri.

Ia menyebutkan Indonesia pada zaman Belanda pernah mengajarkan secara formal Bahasa Mandarin di beberapa sekolah. Bahkan tercatat anak-anak Belanda banyak yang belajar. Namun situasi berubah sehingga Bahasa Mandarin tidak diajarkan.

“Beruntung dengan adanya reformasi, Bahasa Mandarin kembali boleh diajarkan di sekolah-sekolah,” katanya.

Namun diakui, pola pengajarannya pun antara yang dahulu pernah digunakan dengan yang sekarang berbeda. Apalagi, ujarnya untuk masa sekarang, anak-anak khususnya dari suku Tionghoa tidak lagi berhadapan dengan orangtua dan keluarga yang berbahasa Mandarin tetapi sudah berbahasa Indonesia dan bahasa daerah di mana mereka tinggal.

Sementara itu, salah satu pendiri Sekolah Nasional Tiga Bahasa Budi Utama Yogyakarta Jawadi menjelaskan Yogyakarta bertekad untuk menyukseskan pertemuan para pakar pengajaran Bahasa Mandarin ini.

Menurut dia, Bahasa Mandarin yang pemakaiannya sudah sangat meluas di dunia internasional ini, harus dikembangkan agar Bangsa Indonesia dapat melakukan komunikasi bisnis yang lebih efektif dan efisien.

Di sisi lain, penguasaan Bahasa Mandarin akan menjadi salah satu keunggulan bagi sumber daya manusia yang akan menapaki era mendatang.

Maharani, salah satu Guru Besar Bahasa Mandarin Universitas Indonesia mengatakan pengembangan pengajaran Bahasa Mandarin harus terus dilakukan. Karena pada era MEA mendatang, akan lebih banyak lagi tenaga kerja dari berbagai negara yang masuk ke Indonesia atau pun dari Indonesia ke negara-negara lain.

Menurut dia, terbukanya akses-akses ekonomi yang lebih luas termasuk dengan Tiongkok, akan lebih mudah jika banyak SDM yang mampu berbahasa Mandarin.

“Hingga 20 tahun ke depan, penguasaan Chinese Language atau Bahasa Mandarin akan sangat berpengaruh pada perkembangan Indonesia,” ujarnya. (OL-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya