Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
KEPENTINGAN pertunjukan dan mendongkrak kembali nama musisi lama yang telah tenggelam setidaknya menjadi dua alasan yang paling relevan untuk melakukan kolaborasi lintas generasi.
Apalagi, di dunia bisnis pertunjukan, kolaborasi tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi penonton. Seperti pernah dilakukan G Production selama empat tahun berturut-turut sejak 2009 lalu.
Setiap tahun, sebuah pertunjukan musik bertajuk Djakarta Artmosphere menyajikan empat kolaborasi musisi dua generasi dalam satu hari. Rupanya konsep itu didorong sebuah tren yang menjamur pada anak-anak muda urban saat itu, yaitu kegandrungan dengan piringan hitam musisi lama.
Program Director G Production, Ferry Darmawan, akhirnya merespons tren itu menjadi sebuah peluang bisnis yang menjanjikan. Ia mencari musisi tua yang masih hidup dan aktif berkarya, kemudian dikolaborasikan di atas panggung bersama musisi muda masa kini yang sedang mendapatkan perhatian besar dari pasar musik.
Kolaborasi tersebut, misalnya, terdiri atas sederet musisi seperti White Shoes & The Couples Company dengan Fariz RM & Oele Pattselano, Tika & The Dissidents dengan Vina Panduwinata, Sore dengan Ebiet G Ade, dan Efek Rumah Kaca dengan Doel Soembang.
Ferry mengakui mungkin jika tidak ada peran serta pihak ketiga, dalam hal ini promotor, musisi terdahulu tidak mengetahui sepak terjang musisi muda tersebut. “Rata-rata mereka (musisi senior) tidak mengetahui musisi muda, sampai akhirnya mereka cari tahu ke anak-anak mereka sendiri. Untung semua responsnya positif ketika diajak berkolaborasai mereka tidak menolak,” kata Ferry kepada Media Indonesia saat dihubungi via telepon Rabu (7/9).
Rupanya, setelah merancang konser, tak jarang mereka pun melanjutkan kolaborasi itu hingga menghasilkan karya baru, seperti Fariz RM yang terlibat dalam album Vakansi White Shoes & The Couples Company, kemudian kehadiran Yockie Soeryoprayogo dalam dua lagu di album Grey milik Pure Sabtu.
“Di negara Barat khususnya, sudah biasa terjadi kolaborasi untuk kepentingan showbiz, sementara Indonesia sampai saat ini masih menjadi hal yang awam. Waktu itu saya melihat sisi bisnis pertunjukannya sangat menarik dan terbukti menguntungkan secara finansial,” lanjut Ferry.
Pendapatan melejit
Terbukti, pendapatan yang mampu diraup G Production dari gelaran konser kolaborasi lebih besar ketimbang gelaran konser musisi tunggal. Walaupun biaya produksi yang dikeluarkan bisa berkali lipat, keuntungan yang dihasilkan pun cukup sebanding.
Misalnya, satu produksi empat kolaborasi membutuhkan biaya sebesar Rp800 juta, mulai honor artis, hospitality, keamanan, hingga sewa gedung. Pada akhir pertunjukan, Ferry bisa mendapatkan margin keuntungan 30%-50%. Namun, ia menegaskan, hal itu tidak didapat dari tiket, tetapi sumbangsih dana sponsor. “Paling tiket hanya menyumbang 20% pendapatan saja,” tambahnya.
Pada akhir September mendatang, konser musik bertajuk Tanda Mata Glenn Fredly untuk Ruth Sahanaya juga akan diselenggarakan. Saat ini Glenn bersama tim produksi sedang mempersiapkan musik-musik yang akan dibawakan musisi lain yang ikut serta.
“Saya ingin memberikan apresiasi dan merayakannya kepada musisi lain. Musisi selalu tetap berkarya dengan kondisi keadaan (ekonomi, politik, sosial, dll) apa pun. Siklus ini yang harus dijaga, saling mengapresiasi, bukan hanya bisnis materi. Ini yang tidak dilakukan asosiasi rekaman negara kita. Rekam jejak saya pun tidak lepas dari musisi lain, salah satunya Ruth Sahanaya,” ungkap Glenn kepada Media Indonesia, beberapa waktu lalu.
Rencananya, konser itu akan berlangsung selama 2 jam dengan 18 lagu. Treatment-nya tidak banyak mengubah lagu aslinya, tapi akan ada kejutan dan interpretasi baru. “Misalnya Om Bob Tutupoli akan menginterpretasikan lagu Keliru, saya akan memainkan piano,” lanjut Glenn.
Dalam kesempatan yang Sama, Yovie Widianto yang menggagas kedua konser tersebut mengatakan konser kolaborasi punya spirit untuk menjaga keindahan musik Indonesia.
Perpanjangan bisnis lain pun terbukti dari konser D’Essentials of Groove yang telah dilaksanakan 6 September lalu di Jakarta. Vokalis The Groove, Reza, mengatakan sudah ada beberapa tawaran manggung bersama pascakonser malam itu.(M-2)
miweekend@mediaindonesia.com
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved