Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
UPAYA memberantas buta aksara di Indonesia sejauh ini dinilai telah mencapai hasil yang positif.
Berdasarkan data Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), terjadi penurunan yang sangat signifikan dalam hal tunaaksara dari 2005 yang mencapai 14,95 juta orang (9,55%) menjadi 5,78 orang (3,56%) pada 2015.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat (PAUD dan Dikmas) Harris Iskandar mengatakan pemberantasan buta aksara banyak dipengaruhi beberapa faktor, antara lain kemiskinan, lokasi yang tidak terjangkau (pelosok), serta kurangnya motivasi belajar dari masyarakat.
"Kalau dilihat ada korelasi antara buta aksara dan beberapa faktor tersebut memang ada. Tetapi kami berkomitmen untuk tidak meninggalkan mereka begitu saja. Target kami di masa depan bisa sampai membuat angka nol untuk buta aksara," ujarnya di Jakarta, kemarin.
Hingga saat ini, Jawa Timur masih menjadi provinsi dengan jumlah buta aksara tertinggi, yakni mencapai 5,98 juta orang.
Namun, jika dibandingkan dengan jumlah total penduduk di tiap-tiap daerah, persentase buta aksara di Papua dan Nusa Tenggara Barat masih lebih mendominasi, yaitu 28,61% dan 10,62%.
Harris menjelaskan, meski suatu wilayah memiliki jumlah buta aksara yang tergolong tinggi bukan berarti sama sekali tidak bisa membaca atau menulis.
Hanya saja, seperti di Jawa Timur, sebagai salah satu kantong tenaga kerja wanita Indonesia, warga di sana cenderung tidak memiliki motivasi untuk belajar baca, tulis, hitung (calistung).
"Biasanya mereka, meski enggak bisa bahasa latin, mengerti bahasa Arab. Kesulitannya ialah karena mereka berpikir dengan tidak belajar saja mereka bisa bekerja. Ini jadi kendala juga buat kita," ucapnya.
KUM
Program literasi dan vokasi masih dipandang sebagai cara paling jitu untuk meningkatkan minat dan kemampuan baca tulis masyarakat, terutama kaum perempuan dan warga berusia di atas 45 tahun.
Pasalnya, jika hanya diajak untuk belajar calistung tanpa diimbangi dengan kegiatan wirausaha, hampir dipastikan tidak ada yang tertarik.
"Selama ini, karena mereka masih terabaikan. Seluruh tunaaksara, kalau dirangkul dengan kegiatan seperti menyulam, kuliner, mereka mau. Program ini yang kami gencarkan, namanya KUM (Keaksaraan Usaha Mandiri)," terang Erman Syamsuddin, Direktur Keaksaraan dan Kesetaraan Kemendikbud.
Di dalam menjalankan program tersebut, imbuhnya, Kemendikbud memberdayakan guru-guru PAUD yang ada di daerah untuk membantu mengajarkan calistung tidak hanya kepada anak-anak, tetapi juga orangtua termasuk para ibu rumah tangga.
Umumnya perempuan dengan kondisi ekonomi lemah serta berusia di atas 45 tahun sangat rentan buta aksara. (H-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved