Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
KETERBATASAN fisik tidak mempengaruhi Shinta Utami untuk bermimpi dan berupaya mewujudkannya.
Dengan semangat juang tinggi, semua tentunya bisa diraih.
Perempuan berusia 31 tahun itu berhasil mencapai impiannya sejak kecil, yakni mengelilingi Indonesia tanpa pendamping.
Ternyata tidak hanya Indonesia, ia juga menjelajah negeri jiran, Malaysia.
Namun, siapa yang mengira, pada umur empat tahun, Shinta terkena polio dan tidak bisa berjalan.
Secara perlahan, ukuran kakinya mengecil.
Shinta pun harus menjalani sejumlah terapi dan pengobatan untuk bisa kembali berjalan, termasuk tiga kali operasi tendon untuk mengatasi lemah otot tendon yang kerap dihadapi penderita polio.
Setelah lancar berjalan, Shinta menyusun agenda perjalanan.
Pada 2013 ia mulai belajar mengendarai motor untuk mewujudkan impiannya.
Tidak hanya itu, motor yang dikendarainya pun dimodifikasi khusus untuk keperluannya selama perjalanan.
Setelah mahir mengendarai si roda dua, Shinta mulai melakukan perjalanan.
Perjalanan perdananya dilakukan bersama beberapa teman dengan rute Pekanbaru, Riau, menuju Yogyakarta, pada 4 Oktober 2014.
Karena sukses melakukan perjalanan selama enam bulan itu, Shinta semakin percaya diri untuk melakukan perjalanan keliling Indonesia seorang diri.
Terwujud
Pekanbaru kembali dipilih Shinta sebagai kota awal petualangannya.
Pada 5 Oktober 2015, ia pun memulai perjalanannya mengelilingi Tanah Air dan mengakhiri perjalanannya di Jakarta.
Ia pun menggunakan tabungannya untuk mendanai perjalanannya.
Selama satu tahun lima hari, Shinta melakukan perjalanan seorang diri untuk melintasi 34 provinsi dan 266 kota dari Sabang hingga Merauke.
Kegilaannya itu berhasil membuat Shinta meraih rekor Museum Rekor Indonesia (Muri).
Selama perjalanan, sulung empat bersaudara itu menemui sejumlah kendala, seperti diganggu preman saat di perbatasan Aceh dan Sumatra Utara, tersesat di hutan kelapa sawit di kawasan Sumatra, atau motornya rusak ditabrak anak SMA.
"Yang paling menantang itu saat berada di Pulau Kalimantan. Jalan masih banyak yang tanah, apalagi kalau turun hujan yang semakin menyulitkan perjalanan. Belum ban motor bocor dan as roda saya yang saat itu sempat patah," kenang Shinta.
Selama perjalanan, Shinta jarang mendatangi tempat-tempat wisata yang banyak dikunjungi masyarakat.
Perempuan kelahiran Riau, 29 Oktober 1984, itu lebih memilih menuju desa-desa terpencil untuk mengenal lebih dekat budaya dan penduduk lokal.
"Indonesia itu tak hanya tempat wisata, banyak sekali budaya unik yang belum dikenal banyak orang. Jadi, saya ingin belajar kehidupan dari masyarakat dan penduduk lokal di daerah yang saya kunjungi," jelasnya.
Kerja kerasnya untuk mewujudkan impian itu membuktikan keterbatasan yang dimiliki Shinta tidak bisa dijadikan hambatan dalam menggapai impian.
"Impian dan cita-cita itu jangan hanya ada di kepala seseorang, melainkan harus bisa diwujudkan. Namun, tentu dibutuhkan pengorbanan dan kerja keras untuk bisa mewujudkan semua impian itu," tutur Shinta.
Dirinya berharap apa yang sudah dilakukannya selama ini dapat menginspirasi seluruh masyarakat Indonesia untuk tetap mewujudkan segala impian meski memiliki keterbatasan fisik.
Baginya, cita-cita dan impian haruslah diwujudkan, apa pun itu kendala atau hambatannya. (M-4)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved