Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
UPAYA mencegah terkena obesitas bisa dimulai dari mengurangi kebiasaan ngemil dan membatasi makanan tinggi asupan gula, garam, dan lemak. Hal itu dikatakan Head of Department Underwriting Sequis Fridolin Seto.
"Sering dan banyak mengonsumsi makanan tinggi kalori dan processed food bisa meningkatkan obesitas. Saat makan, perbanyak sayur, buah, dan biji-bijian," kata Fridolin, dikutip Sabtu (24/2).
Jika seseorang sudah telanjur kegemukan hingga obesitas dan sudah memiliki riwayat gangguan kesehatan, dia disarankan segera berkonsultasi dengan dokter gizi untuk mendapatkan saran diet dan perawatan yang sesuai kondisi tubuh.
Baca juga : Obesitas Jadi Bom Waktu, Kemenkes: Konsumsi Gula, Garam dan Lemak Harus Diatur
Selain soal asupan, Fridolin juga memberikan kiat untuk membantu membakar kalori, yakni membatasi screen time atau penggunaan gawai, membiasakan aktivitas fisik dan kegiatan luar ruang. Kebiasaan ini baik ditanamkan sejak usia anak.
"Jadikan olahraga sebagai gaya hidup. Setidaknya dijalankan 3 kali seminggu atau olahraga bersama keluarga pada Sabtu atau Minggu," tutur dia.
Hal yang tidak kalah penting juga mencukupi kebutuhan istirahat dan tidur berkualitas untuk mencegah kenaikan berat badan, serta melakukan pemeriksaan kesehatan (medical checkup) setidaknya satu tahun sekali untuk mengetahui kondisi kesehatan.
Baca juga : Nutrifood Bersama Kemenkes dan BPOM Ajak Publik Hentikan Rantai Obesitas
Obesitas merupakan kondisi tubuh yang memiliki tumpukan lemak berlebih akibat ketidakseimbangan antara asupan energi dengan energi yang digunakan dalam waktu yang lama.
Menurut Fridolin, fenomena obesitas meningkat terjadi karena banyak faktor, termasuk riwayat keluarga. Lebih banyak karena faktor gaya hidup, yakni sedentary living (kurang bergerak), dan banyak mengonsumsi makanan dan minuman tinggi gula dan lemak.
Kondisi ini kerap terjadi pada masyarakat modern dan urban yang semakin sedikit kesempatan dan keinginan melakukan aktivitas fisik.
Baca juga : Lawan Obesitas, Berapa Jumlah Ideal Konsumsi Gula, Garam, dan Lemak?
Dia kemudian mengingatkan bahwa orang dengan obesitas mudah terkena sindrom metabolik, yakni peningkatan trigliserida, menurunkan kolesterol HDL, mengalami peningkatan tekanan darah sehingga orang dengan obesitas sangat mudah terserang berbagai penyakit.
Penyakit yang sering kali menyerang orang obesitas antara lain asma, infertilitas, osteoartritis lutut dan pinggang, henti nafas saat tidur, nyeri pinggang, fatty liver, hipertensi, diabetes, dan memicu terbentuknya batu empedu.
Penyakit kritis lainnya juga berpotensi mengganggu kesehatan. Bahkan dapat menyebabkan kematian, seperti stroke, penyakit jantung koroner.
Baca juga : Ini Makanan yang Harus Anda Hindari Saat Sahur dan Berbuka Puasa
Fridolin lalu mengatakan semakin usia seseorang bertambah tua, metabolisme tubuhnya akan menurun sehingga mudah terjadi obesitas.
Selain itu, obesitas tahap awal sering tidak disadari hingga pakaian mulai terasa sempit dan berat badan terus bertambah hingga Indeks Massa Tubuh (BMI) di atas 30 atau lebih.
"Itu sebabnya, kita perlu mendorong keluarga Indonesia agar memberi perhatian pada berat badan anggota keluarga termasuk untuk anak dan remaja karena kelebihan berat badan hingga kegemukan biasanya dimulai sejak usia muda," ujar Fridolin.
Dia berpendapat masyarakat sebenarnya bisa menjadikan kesehatan menjadi prioritas dalam resolusi akhir tahun.
Terkait pencegahan terjadinya obesitas, Fridolin menyarankan orang-orang menurunkan berat badan jika berat mulai berlebih dan menjaga berat badan jika sudah ideal. (Ant/Z-1)
POLA konsumsi makanan dan minuman yang tinggi gula menjadikan prevalensi diabetes anak di Indonesia meningkat. Hal itu yang disoroti dalam forum Diskusi Denpasar 12, Rabu (5/7).
Selama pola ngemil itu untuk memastikan nutrisi yang dibutuhkan tubuh terpenuhi, ngemil justru disarankan.
Jika Anda terbiasa makan atau ngemil sepanjang waktu, tiba-tiba berpuasa selama 12 jam atau lebih, hal itu bisa menjadi tantangan.
"Ketika mengunyah itu ada bagian-bagian otak yang memudahkan kita untuk tidak merasa terlalu stres atau cemas."
Survei tersebut juga menemukan bahwa 72% responden mengatakan motivasi utama mereka dalam memilih camilan adalah sebagai hadiah untuk diri mereka sendiri.
BADAN Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa terjadi deflasi sebesar 0,18% pada Juli 2024 secara month to month (mtm). Deflasi pada Juli merupakan yang terdalam dibandingkan Juni 2024.
Ke-10 makanan ini dipercaya dapat melancarkan dan emningkatkan asi yang bagus untuk bayi yang baru lahir.
Produksi ASI yang optimal sangat penting untuk memastikan bayi mendapatkan nutrisi terbaik.
MENTERI Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto menyebut program makan siang bergizi gratis di pemerintahan Prabowo-Gibran belum tentu memakai susu.
Raniah Alaydroes menceritakan makanan dengan penampilan yang menarik menjadi cara andalannya mengenalkan variasi makanan kepada anak.
PRESIDEN Joko Widodo melalui Kementerian Kesehatan memberikan lampu hijau kepada Kementerian Keuangan untuk mengenakan cukai atas pangan olahan, termasuk pangan olahan cepat saji.
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved