Perketat Pengawasan Untuk Zika

Richaldo Y Hariandja
03/9/2016 18:10
Perketat Pengawasan Untuk Zika
(AP Photo/Andre Penner)

LANGKAH antisipasi pemerintah untuk mencegah penyebaran virus zika masuk dari bandara maupun pelabuhan dinilai cukup baik. Akan tetapi, pengawasan justru harus diperketat kepada seluruh masyarakat yang masuk, dengan demikian tidak hanya berfokus pada tiap orang yang terdeteksi demam saat masuk ke Indonesia.

"Karena untuk sebuah inkubasi dari bakterinya itu kan makan waktu 8 sampai 10 hari," ucap Internis Rumah Sakit Umum Pusat Fatmawati Ifael Yerosias Mauleti saat ditemui dalam seminar dengue yang dihelat di Jakarta, Sabtu (3/9).

Karena itu, lanjut Ifael, pengawasan ketat harus diberikan bagi setiap orang yang keluar masuk Indonesia. Menurutnya, edukasi penting untuk diberikan kepada mereka.

Hal itu bertujuan untuk memberikan arahan kepada masyarakat untuk mengenal penyakit yang disebabkan virus zika dan cara penanganannya. Karena, penyakit dapat menyebar jika tidak ada arahan tepat.

Menurutnya, Pemerintah sendiri tidak akan bisa menahan warganya untuk bepergian ke luar Indonesia. Pasalnya, terdapat kepentingan dari tiap orang baik untuk bisnis maupun berwisata.

"Karena itu, jika dari awal kita sudah data dan awasi, kita sudah bisa pegang dia kalau ada apa-apa," imbuh Ifael.

Penyakit Zika sendiri, dikatakan dia berasal dari nyamuk yang sama dengan demam berdarah. Itu sebabnya gejala yang dihadapi juga sama, yaiti demam tinggi. Akan tetapi perbedaan berada pada bagian kornea mata yang menjadi merah jika terkena Zika.

Meskipun saat ini belum terdapat kasus yang membuktikan penyakit tersebut endemis di Indonesia. Akan tetapi nyamuk aedes aegypti yang sama dengan penyebab demam berdarah dapat saja berevolusi dan menjadi pembawa virus zika.

"Memang agak sulit untuk mencegah orang digigit nyamuk, tapi selama ini langkah kita dalam memberantas nyamuk aedes aegypti sudah tepat, harus dipertahankan dan ditingkatkan," papar Ifael.

Langkah tersebut diantaranya adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan sekitar. Pasalnya, jika hanya mengandalkan fogging maupun serbuk abate sudah tidak berpengaruh banyak.

"Kalau fogging, nyamuk sudah imun. Sementata abate hanya berpengaruh 20 persen saja, karena 80 persen nyamuk juga sudah imun," ucap Kepala Dinas Kesehatan DKI Jakarta Koesmedi Priharto yang turut hadir dalam kesempatan yang sama.

Satu-satunya jalan, lanjut dia, adalah dengan memberantas sarang nyamuk yang besar. Bahkan, perhatian terhadap Aedes Aegypti menjadi faktor kunci penilaian Kepala Daerah dan Sekolah. Jika terbukti terdapat penyakit yang disebabkan oleh nyamuk tersebut, maka akan dikenakan sanksi berupa pemotongan anggaran. (OL-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Widhoroso
Berita Lainnya