Saya Yakin Betah Belajar di Sini

Panca Syurkani
30/8/2016 07:30
Saya Yakin Betah Belajar di Sini
(MI/PANCA SYURKANI)

RAUT riang menggelayuti wajah-wajah para siswa asal Mindanao, Filipina Selatan, saat menaiki pesawat carteran yang menerbangkan mereka dari Kota Davao ke Bumi Serambi Mekah, Aceh, kemarin.

Bahasa tubuh ke-22 penerima beasiswa Yayasan Sukma tersebut tampak jelas mengisyaratkan kegembiraan.

Selama empat tahun ke depan anak-anak suku Moro atau masyarakat muslim Filipina tersebut akan menimba ilmu di negeri yang tidak pernah mereka bayangkan sebelumnya.

Letih yang menyergap selama hampir 12 jam perjalanan seakan sirna saat kaki mereka menapak di Tanah Rencong.

Sambutan hangat para petinggi Yayasan Sukma dan siswa Sekolah Sukma Bangsa (SSB) membuyarkan penat setelah perjalanan panjang.

Pecahan rupiah menjadi pelajaran pertama yang mereka serap dari para siswa SSB Pidie yang mendampingi mereka di dalam bus menuju Pidie.

Obrolan-obrolan dalam bahasa Inggris yang tidak terlalu lancar di antara para siswa mengiringi liuk-liuk jalan dari Bandara Sultan Iskandar Muda menuju tujuan akhir di Pidie.

Salah satunya bagaimana mengucapkan kata 'terima kasih' yang dalam bahasa Tagalog ialah salamat.

Setelah sekitar 2 jam perjalanan, para siswa Mindanao akhirnya memasuki gerbang sekolah untuk melihat lebih jelas kerumunan siswa SSB yang semringah menyambut kedatangan mereka.

Keriuhan tidak henti-hentinya bergemuruh mengiringi langkah kaki mereka mulai pintu bus hingga ke ruang penyambutan.

Sesuap ketan kuning diberikan kepada perwakilan siswa Mindanao yang diiringi siraman beras dan air oleh tetua adat dalam prosesi peusijuek.

Seusai prosesi yang biasa dilakukan masyarakat Aceh dalam memulai sesuatu yang baru tersebut, para siswa Mindanao mulai berbaur dengan siswa SSB dan diantar menuju asrama.

Tidak terlihat lagi perbedaan di antara mereka mengingat tampilan fisik yang sulit dibedakan.

"Sangat mengesankan dan tidak terbayangkan seperti ini. Sambutannya meriah. Saya yakin betah belajar di sini," kata salah seorang anak Mindanao bernama Abdulla A Usman.

Kiki, salah seorang siswa SSB yang menjadi pendamping para siswa Mindanao, mengungkapkan kegembiraannya mendapatkan teman-teman baru meskipun menyadari akan terkendala bahasa dan budaya.

Pendidikan merupakan satu-satunya alat untuk kehidupan lebih baik. Konflik berkepanjangan di wilayah Mindanao bak bom waktu yang dapat meledak sewaktu-waktu dan menjadi penghambat bagi pendidikan para siswa sekolah di Mindanao.

Menjauhkan para siswa dari wilayah konflik merupakan keputusan yang tepat dan sangat berguna bagi masa depan suku Moro. (Panca Syurkani/X-4)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya