Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) tahun ini mengalami penurunan signifikan. Berdasarkan data yang diterima dari Badan Nasional penanggulangan Benccana (BNPB) sejak 1 Januari hingga 29 Agustus 2016, hanya terekam 12.884 Hot Spot.
Jumlah tersebut berkurang hingga 61% dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang berjumlah hingga 32.734 Hot Spot. Terdapat dua indikator yang mempengaruhi penurunan angka hotspot tersebut.
Yaitu kondisi iklim di Indonesia yang saat ini terkena fenomena kemarau basah, serta peningkatan personel darat yang berpatroli untuk melakukan pencegahan dan pemadaman karhutla.
"Saya melihat dua indikator tersebut saling berkaitan, karena kemaraunya basah, jadi sulit membakar, sehingga kalaupun dibakar, dia tidak akan menyebar," ucap Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Jakarta, Senin (29/8).
Sedangkan, lanjut dia, patroli membawa efek psikologis kepada masyarakat maupun oknum yang mencoba untuk membakar lahan. Dengan demikian, dirinya melihat kesempatan untuk membakar menjadi semakin sempit seiring dengan semakin banyaknya regu patroli pada tahun ini.
Tahun ini, tiap provinsi memiliki lima hingga tujuh ribu personel Satuan Tugas (Satgas) Terpadu yang terdiri dari TNI, Polri, BPBD hingga Manggala Agni. Sementara tahun lalu, tiap provinsi hanya memiliki tiga ribu personel Satgas, itupun sudah termasuk pengiriman personel dari Ibu Kota Jakarta.
"Karena tahun ini Presiden sudah imbaukan kepada Daerah untuk siap siaga amankan daerah mereka, mulai dari Polda, Pangdam, dan Kodam, belum lagi ada sistem insentif dan disinsentif untuk daerah," imbuh Sutopo.
Lebih jauh, dirinya menyatakan puncak musim kemarau secara umum akan terjadi pada bulan September. Meskipun demikian, dirinya optimistis tidak akan terjadi kebakaran sehebat tahun lalu yang merekam kemunculan hotspot hingga 45.430.
Menurutnya, adanya kemarau basah dan La Nina (fenomena menghangatnya suhu permukaan laut yang menyebabkan intensitas hujan tinggi) yang saat ini masih lemah akan menjadi faktor penting Indonesia tidak akan mengalami kebakaran sehebat tahun lalu.
Hanya saja, masih dibutuhkan kewaspadaan terhadap daerah yang berada di sebelah utara Ekuator, diantaranya sebagian dari Riau, Sumatera Utara, Kalimantan utara, sebagian Kalimantan Barat, Kalimantan tengah, dan Kalimantan Timur. Pasalnya, wilayah tersebut cenderung lebih kering meskipun musim penghujan datang.
Kebakaran tahun ini, dikatakan Sutopo masih terjadi karena adanya pembakaran yang disengaja. "95% masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya, ini terjadi karena dibakar," tambah dia.
Sementara itu, Deputi Edukasi dan Kemitraan Badan Restorasi gambut (BRG) Myrna Safitri dalam kesempatan berbeda menyatakan pelarangan pembukaan lahan dengan cara membakar oelh Pemerintah menjadi hal yang dikritik oleh masyarakat karena tidak adanya solusi yang ditawarkan. Oleh karena itu, BRG mencoba memfasilitasi dan menemukan dua opsi yang memungkinkan untuk dilakukannya pembukaan lahan tanpa membakar.
"Bisa dari penggunaan herbisida organik dari kotoran sapi dan serasah tumbuhan, atau penggunaan abu. Jadi ada semcam tungku pembakaran yang tertutup di areal yang jauh dan dapat dimonitor," terang Myrna. (OL-2)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved