Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
APA hubungan antara seni, politik, dan humanisme? Tema itu mungkin telah menjadi bahan diskusi sejak dulu. Alias klasik. Sebab itulah, ketiga tema tersebut telah banyak dibahas oleh para ahli dan pengamat. Telah banyak buku yang lahir dalam tema bahasan itu. Namun tentu saja, dalam kajian teoritis dan akademis.
Inilah yang menjadikan buku Art Politics Humanism menjadi layak dibaca. Sebab buku ini ialah salah satu yang berbeda. Buku ini ditulis oleh KP Hardi Danuwijoyo, seorang pelaku seni yang akrab dengan isu politik dan humanisme.
Buku ini diluncurkan pada pembukaan pameran dalam tajuk yang sama di Bentara Budaya Jakarta pada 11-20 Agustus 2016. Sebanyak 200 halaman buku ini akan menyingkap rupa laku Hardi. Sekaligus juga membingkai beberapa dari sekian banyak karyanya. Hardi juga membuat kain lukis dengan motif wayang (kain Mahacakri). Adapula jangker, yang merupakan paduan antara kujang dan keris. Itu adalah media Hardi menumpahkan segala keresahannya. Bahkan jika keresahannya tidak tumpah di kanvas, Hardi kadang juga turun ke jalan.
“Seni, politik, dan humanisme adalah perenungan dan hasil karya yang mengikuti dinamika sosial politik di Indonesia. Tidak ngarang, menyulap tema, seolah-olah reformer atau pejuang, tetapi dari tahun ke tahun, saya konsisten di ranah itu. Pergaulan saya membuktikan hal tersebut. Kalangan politik sejak zaman Orba hingga sekarang mengenali saya sebagai pelukis sosial,” terangnya dalam lembar awal buku (hlm 10).
Pameran dan peluncuran buku ini menandai usia Hardi yang menginjak angka 65 tahun. Ia dikenal sebagai pelukis yang tegar di jalan seni. Selama melukis dalam kurun 45 tahun, Hardi hidup sebagai pelukis, meski terkadang menulis, terkadang ceramah dan mengisi talk show. Dari situlah ia bisa hidup, tidak nyambi hidup sebagai seniman.
Merekam drama kehidupan
Dalam kata pengantar, Frans Sartono menyebut bahwa Bentara Budaya pertama kali menggelar karya Hardi pada Agustus 1986. Kala itu Hardi mengetengahkan masalah-masalah sosial dalam karya-karyanya. Tentang penjual koran yang dikejar-kejar petugas ketertiban, tentang orang-orang yang rumahnya digusur di Simprug, Jakarta. Sampai hari ini Hardi masih cukup gigih mencatat keharuan, keresahan orang-orang di sekitarnya. Ia setia merekam drama kehidupan di sekitarnya, juga dinamika panggung sosial politik negeri ini, lewat lukisannya.
Dalam buku ini juga dimuat tulisan oleh enam orang lain. Semuanya memberi kesaksian tentang Hardi.
Prof Kacung Marijan dengan esai berjudul Hardi, Seni dan Politik (hlm 14) mengungkap Hardi sebagai satu dari banyak seniman dan budayawan yang memiliki pandangan bahwa seni itu bukan hanya untuk seni. Hardi juga disebutnya sebagai pelukis ‘ekspresinis’. Sebab Hardi tidak hanya mengekspresikan estetika dalam lukisan dan karya-karya lainnya. Karya-karyanya itu juga berisikan pandangan dia tentang apa yang dituangkannya itu. Ekspresi semacam itu tidak hanya terkait dengan kepribadian Hardi yang sak enak udele dalam berbicara dan mengemukakan pandangan, tetapi juga nilai kemanusiaan yang dia anut, seperti egalitarian dan keadilan.
Pada tulisan selanjutnya, Oriana Titisari mengungkap judul Pelukis Hardi Bagaikan Bangau Putih Bermain dengan Sembilan Bayangan (hlm 17). Ia membahas sosok Hardi sebagai seorang tokoh sekaligus Hardi sebagai seorang ayah. Sebab Oriana Titisari adalah anak sulung Hardi.
Pada bab selanjutnya, tulisan kurator Efix Mulyadi juga menghias dalam judul Hardi di Kanvas Kehidupan (hlm 25). Tulisan selanjutnya oleh kolektor EZ Halim berjudul Maestro Hardi: Konsisten di Habitat Seni Politik dan Kemanusiaan (hal 32). Lalu sejawat Hardi, Bramantyo Priyosusilo juga menulis Maestro Hardi: Tonggak-Tonggak Hardi dalam Seni Rupa Indonesia (hal 38). Dalam tulisannya, Bramantyo mengutip pendapat Pramoedya Ananta Toer tentang karya Hardi pada pertengahan 1990-an.
“Bung! Dia berani menentang kekuasaan atas namanya sendiri. Atas namanya sendiri! Kalau kamu tidak bisa menghargai, belajarlah menghargai!” Begitu jawaban Pramoedya saat ditanya Bramantyo tentang karya Hardi (hlm 40).
Terakhir adalah tulisan Hardi berjudul 65 Usiaku; Bersandar kepada Gusti Allah (hlm 47). Dalam tulisannya, Hardi membeberkan sejarah hidupnya. Ia lahir pada 26 Mei 1951 dengan nama R Suhardi di RS Mardi Waluyo Blitar bertepatan dengan Gunung Kelud yang akan meletus. Su berarti bagus dan Hardi berarti gunung, sedangkan Raden adalah gelar trah Majapahit asli, yang dipercaya oleh keluarga besarnya.
Sejak kecil, ia telah berkenalan dengan majalah Negeri Soviet, Amerika Amerika, Panyebar Semangat, dan Taman Putro. Pada tahun 1960-an, ia telah berkenalan lukisan-lukisan heroik Rusia dan pelukis Amerika, termasuk pelukis Affandi. Sejak kecil pula, ia melukis, lantai semen pendopo yang luas dilukisnya dengan kapur.
Lulus SMA tahun 1969, ia tidak ke ITS (jurusan pas pal) tapi justru minggat ke Ubud. Dari situlah perjalanan seninya bermula. Lalu ia mendaftar di ASRI Yogya pada 1971 dan pada akhirnya dikeluarkan dengan tanpa surat. Beruntung, pada 1975, ia beroleh kesempatan kuliah di De Jan Van Eyck Academic di Maastrieht Belanda pada 1975.
Dalam bab ini juga diterangkan bagaimana sepulang dari Belanda pada 1977, Hardi berinteraksi di Balai Budaya yang membawanya bertemu dengan WS Rendra. Karyanya berjudul Presiden RI Tahun 2001 (1979), membuat Hardi harus berhadapan dengan Laksusda Jaya pada 1980. Juga penganugerahan gelar KP (Kanjeng Pangeran Danuwijoyo) dari Keraton Surakarta Hadiningrat pada 2012 atas hasil ciptaannya berupa Jaker.
Akhirnya, buku ini seolah menjadi bukti tentang Hardi. Selama 45 tahun, Hardi diuji keyakinannya bahwa seni lukis bisa menjadi profesi. Pada usia 65 tahun, dengan segala jatuh bangun, Hardi telah membuktikan keyakinannya. Dengan lukisan, Hardi menghidupi keluarga dan menghidupi keseniannya. Melukis menjadi kehidupan dan penghidupan Hardi. (M-2)
miweekend@mediaindonesia.com
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved