PTN Diminta Tingkatkan Mutu Penelitian

Puput Mutiara
18/8/2016 13:30
PTN Diminta Tingkatkan Mutu Penelitian
(Antara)

HASIL pemetaan yang dilakukan Direktorat Jenderal Penguatan Riset dan Pengembangan Kementerian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) menunjukkan ketatnya persaingan antara Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di bidang penelitian.

Apalagi, menurut Dirjen Penguatan Riset dan Pengembangan Muhammad Dimyati, sejumlah PTS saat ini telah melakukan berbagai terobosan sehingga berhasil menaikkan status penelitiannya dari tingkat madya ke utama atau bahkan utama menjadi mandiri.

"Kalau kita lihat PTS ini sudah banyak yang lebih maju penelitiannya. PTN tidak boleh kalah, harus terus dipacu agar jangan sampai tertinggal," ujarnya dalam jumpa pers Memperingati HUT ke-71 Kemerdekaan RI di Jakarta, Rabu (17/8).

Diungkapkan Dimyati, tren kinerja penelitian perguruan tinggi secara keseluruhan mengalami peningkatan. Mulai periode 2007-2009 hanya 10 perguruan tinggi yang berada di level mandiri. Tahun 2010-2012 meningkat menjadi 14 dan melonjak signifikan pada periode 2013-2015 sebanyak 25 perguruan tinggi.

Lebih detail, paparnya, PTS yang berhasil meningkatkan status dari utama menjadi mandiri yaitu Universitas Islam Indonesia dan Universitas Muhammadiyah Surakarta. Sedangkan PTN yang berada di level mandiri periode saat ini relatif tidak jauh berbeda dengan tahun sebelumnya.

Ia pun menjelaskan, ada empat komponen utama kinerja penelitian perguruan tinggi dengan masing-masing subkomponen penilaian. Antara lain sumber daya penelitian dengan bobot 30%, manajemen penelitian 15%, luaran penelitian 50%, dan revenue generating 5%.

"Suasana kompetisi seperti ini harusnya bisa membangun kinerja perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta untuk terus meningkatkan hasil penelitiannya," tutur Dimyati.

Apalagi, lanjutnya, pemerintah telah mereformasi beberapa regulasi yang akan membuat kondisi penelitian lebih kondusif. Misalnya saja melalui Peraturan Menteri Keuangan No.106/2016 yang menjelaskan tentang riset berbasis keluaran (output).

Selain itu, dengan adanya skema konsorsium yang menghubungkan antara peneliti dengan industri dapat memberikan harapan untuk lebih mendekatkan hasil penelitian menuju proses hilirisasi. Sebagaimana diketahui, industri telah bersedia memberikan dana pengembangan teknologi sebesar 40%.

"Bukan itu saja, kita coba buka peluang pendanaan melalui LPDP dan tahun ini dukungan research juga luar biasa dari ISF yang merupakan lembaga yang didedikasikan untuk penelitian," tandasnya.

Komitmen pemerintah

Di samping itu, Menteri Ristek Dikti M Nasir menjamin anggaran penelitian yang dialokasikan pemerintah lewat Biaya Operasional PTN (BOPTN) sebesar Rp1,015 triliun tidak akan dikurangi pun seandainya bakal terjadi pemangkasan anggaran kementerian secara keseluruhan.

"Sebenarnya alokasi kita Rp1,5 T, berarti masih ada a30% yang belum teralokasikan. Kita akan kawal terus supaya dana untuk penelitian ini bisa tetap terjaga," ucapnya.

Ia menilai bahwa angka hilirisasi yang saat ini mencapai 70% sudah cukup fantastis. Meskipun penelitian itu masih harus terus ditingkatkan karena akhir tahun ini targetnya seluruh penelitian yang ada bisa mencapai pada tahap pemanfaatan oleh industri maupun masyarakat.

"Banyak yang sudah kita lakukan untuk itu. Start up ke industri untuk benih padi ITS, teknologi medicine factory UGM, bahkan sapi yang umurnya tiga tahun sudah memiliki berat 855 kilogram dari rata-rata 200-300 kg," ungkapnya.

Terlepas dari itu, Dosen Universitas Negeri Jakarta sekaligus Pengamat Pendidikan Jimmy Paat menilai positif persaingan antara PTN dan PTS di bidang penelitian. Namun dalam hal ini pemerintah sejatinya bisa memberikan perhatian secara adil bagi kedua lembaga pendidikan tinggi tersebut.

"Fasilitas dari pemerintah kan lebih banyak kepada PTN, tentu PTN bisa berjalan lebih cepat ketimbang PTS yang masih harus kerja keras. Saya pikir kalau bisa berjalan sama-sama akan lebih bagus," cetusnya. (X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Victor Nababan
Berita Lainnya