Gambut juga Berfungsi Ekonomi

Soelistijono
18/8/2016 00:48
Gambut juga Berfungsi Ekonomi
(ANTARA/Saptono)

ISU lingkungan, ketahanan pangan, serta energi mendominasi di kongres internasional tentang gambut ke-15 (The 15th International Peat Congress/IPC) 2016 yang diselenggarakan di Kuching, Malaysia, 15-19 Agustus 2016.

Pada hari ketiga pelaksanaan kongres kemarin, para delegasi dari negara-negara peserta mengambil jalan tengah, bahwa ketiga isu tersebut harus menjadi pusat perhatian dan mendapat perhatian seimbang dari pemerintah setiap negara, pelaku usaha, dan komunitas lingkungan.

Salah satu pembicara, Ketua Malaysian Palm Oil Council Kalyana Sundram mengatakan ada informasi sesat di masyarakat, seakan-akan lahan gambut hanya ada di daerah tropis.

Padahal, negara subtropis juga punya lahan gambut yang dieksploitasi untuk kepentingan ekonomi.

"Kalau pengelolaan lahan gambut untuk budi daya disalahkan, negara-negara Eropa juga harus disalahkan," katanya.

Menurut Sundram, pekerjaan rumah besar bagi para ilmuwan ialah mengomunikasikan dengan benar bahwa pemanfaatan lahan gambut untuk budi daya yang dilakukan secara benar memberikan dampak positif bagi ekonomi, ekologi, dan biodiversitas.

"Saat ini, kesannya pemanfaatan gambut untuk budi daya adalah sumber kerusakan lingkungan. Ini harus diluruskan."

Sundram menambahkan, lahan gambut merupakan salah satu sumber daya alam yang sejak awal berperan dalam membantu kesejahteraan kehidupan manusia serta sudah dikelola dan dimanfaatkan.

Pemanfaatan lahan gambut selain sebagai bahan bakar, juga untuk kegiatan budi daya perkebunan.

Ia juga tidak memungkiri bahwa lahan gambut memiliki peran ekologis yang vital untuk mendukung biodiversitas dan berfungsi sebagai penyimpan karbon.

Namun, imbuhnya, harus diakui juga jika pemanfaatan sumber daya alam seperti gambut tidak dikelola dengan baik justru akan membawa risiko lingkungan.

"Saat ini, karena komunikasi yang lemah, lahan gambut dituding penyebab deforestasi."

Sundram juga menyesalkan ilmuwan Eropa yang sering melontarkan kritik pedas ke negara negara Asia padahal di Eropa banyak memanfaatkan lahan gambut untuk kepentingan ekonomi, seperti untuk pembuatan briket, juga sebagai lahan pertanian dan holtikultura.

"Ini adalah sektor-sektor ekonomi penting di Eropa. Mereka melindungi sektor ekonomi mereka, tetapi dengan menyerang sektor ekonomi wilayah lain."


Stabilisasi gambut

Akademisi dari Institut Pertanian Bogor Prof Supiandi juga sepandangan dengan Sundram.

Pakar bidang pertanahan itu menambahkan, bahwa yang penting dalam pengelolaan lahan gambut ialah menjaga kondisinya tetap lembap agar saat kemarau tidak kering dan mudah terbakar.

Selain itu, lanjutnya, pelibatan masyarakat di sekitar wilayah lahan gambut juga sangat menentukan keberhasilan pengelolaan lahan gambut secara lestari.

"Saya sudah mengunjungi beberapa wilayah lahan gambut. Di Miri, Malaysia, misalnya masyarakat terlibat langsung menjaga gambut dan didukung penuh pemerintah, baik di bidang pendanaan maupun teknis," ujarnya.

Hal itu juga sudah dimulai di Riau, ada salah satu perusahaan besar di Pelalawan yang melibatkan perangkat desa untuk menjaga kelembapan lahan gambut dan bersiaga mencegah kebakaran saat kemarau. (H-3)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya