Sekolah Seharian Bentuk Karakter

Syarief Oebaidillah
10/8/2016 06:30
Sekolah Seharian Bentuk Karakter
()

SISTEM sekolah sehari penuh alias full day school pada sekolah dasar (SD) dan sekolah menengah pertama (SMP) ditujukan membangun karakter siswa.

Tambahan jam belajar bukan dalam bentuk mata pe­­lajaran, melainkan ekstra-ku­­­rikuler yang disesuaikan de­ngan kebutuhan siswa.
Menteri Pendidikan dan Ke­­budayaan Muhadjir Effendy mengaku hal itu masih bersi­fat wacana. Pihaknya, kata dia, membentuk tim ka­jian bersama Badan Peneli­tian dan Pengembangan (Balitbang) dan Pendidikan Dasar dan Menengah Kemendikbud untuk menggodok wacana tersebut.

“Jadi, saya berterima kasih atas masukan dan kritikan ma­syarakat. Lebih baik saya di-bully sekarang ketimbang nanti bermasalah,” kata Muhadjir dalam jumpa pers di Ja­karta, kemarin.

Jumpa pers yang diselingi makan siang itu dihadiri sejumlah pejabat eselon I Ke­men­dikbud.
Muhadjir melontarkan pertama kali wacana tersebut se­usai menjadi pembicara da­lam pengajian untuk keluar­ga besar Muhammadiyah di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Minggu (7/8).

Dia menjelaskan sistem sekolah sehari penuh mendapatkan lampu hijau dari Pre­siden Jokowi dan Wakil Pre­siden Jusuf Kalla. Namun, mereka menuntut pengkajian secara saksama.

Dikatakan, dalam program Nawa Cita terdapat 18 butir yang terkait dengan pening­kat­an pendidikan karakter sis­wa, seperti karakter religius, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif, demokratis, dan cinta tanah air. “Porsinya, SD 70% pendidikan karakter, 30% pengetahuan. SMP 60% karak-ter, 40% pengetahuan,” jelas mantan Rektor UMM itu.


Pertimbangkan matang

Kepala SMP Lab School Ci­bubur, Jakarta, Uswadin Us­man mengatakan pihaknya te­lah menerapkan full day school.

Namun, jika sistem itu diterapkan secara nasional, harus dipertimbangkan seca­ra matang mengenai suasa­na dan lingkungan sekolah, sarana-prasarana sekolah, dan dukungan orangtua serta gu­ru. “Jika belum siap, jangan dipaksakan,” ujarnya saat di­hubungi, kemarin.

Gubernur DKI Basu­ki Tjahaja Purnama berpendapat pemerintah harus me­mi­kirkan hal teknis seperti makanan bagi anak. “Kalau dia tak punya uang buat beli makanan waktu menunggu jam pelajaran di sekolah gimana?” ujarnya di Balai Kota DKI Jakarta, kemarin.

Ketua MPR Zulkifli Hasan mengatakan sistem sekolah sepanjang hari perlu diterapkan bertahap. “Indonesia kan luas, jangan menyamaratakan juga. Jadi perlu disesuaikan dan bertahap,” ujarnya.

Beberapa negara dengan sistem pendidikan terbaik di dunia menerapkan sistem sekolah sehari penuh (lihatgrafik).

Di sisi lain, siswi SMP Islam Terpadu Nurul Fikri, Difa Nis­rina, menyetujui sistem se­kolah tersebut. “Akan tetapi, kalau diisi pelajaran doang, ngebosenin,” cetusnya.

Setali tiga uang, siswa Sekolah Dasar Al Murtadlo, Dheriel Elbazariel, sependapat. “Diisi ekstrakurikuler dan jangan ada pekerjaan rumah (PR) lagi,” pintanya. (Kim/Mlt/X-6)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya