Berantas Obat Palsu Butuh Partisipasi Masyarakat

MI
02/8/2016 09:55
Berantas Obat Palsu Butuh Partisipasi Masyarakat
(Antara/Sigid Kurniawan)

BERBEDA dengan vaksin palsu, peredaran obat palsu di pasaran justru terjadi lantaran masyarakat kurang peduli. Misalnya, obat disfungsi ereksi yang banyak dijual di toko obat pinggir jalan tetap dibeli masyarakat meskipun produk tersebut tidak terjamin.

Kepala Pusat Penyidikan Obat dan Makanan Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM) Hendri Siswadi mengatakan obat disfungsi ereksi viagra produksi asli Pfizer, misalnya, hanya didapat di rumah sakit dengan resep dokter. “Ada supply, ada demand. Percuma kita gubrak sana, gubrak sini kalau masyarakatnya masih beli,” ujarnya kepada Media Indonesia, kemarin.

Menurut Hendri, pihaknya sudah be­kerja sama dengan pemerintah DKI Jakarta untuk menertibkan para penjual obat yang bertebaran di pinggir jalan. Namun, tindak lanjut penutupan kios sepenuhnya merupakan kewenangan pemda.

“Para pengedar obar palsu ini bisa di­tindak salah satunya karena laporan masyarakat, bisa kena pidana.Tapi masalahnya, mereka (masyarakat) enggak mau lapor karena malu,” tukas Hendri.

Obat yang dipalsukan, menurut Badan POM, selain obat disfungsi ereksi, antara lain obat pelangsing, obat penghilang rasa sakit, obat darah tinggi, dan vitamin C suntik.

Sementara itu, untuk obat sakit jantung, menurut Hendri, pihaknya belum mendapati ada yang dipalsukan.

“Sudahlah, masyarakat jangan beli lagi yang begitu-begitu. Bohong mereka semua, itu palsu. Beli obat dengan resep dokter saja,” tandasnya.

Berdasarkan penelitian Kementerian Kesehatan (Kemenkes), 80% obat kuat lelaki yang umumnya dijual secara daring diketahui palsu. Selain itu, obat yang dijual di luar apotek juga tidak terjamin keasliannya, bahkan hampir dipastikan palsu.

“Ini ada penelitiannya. Prof Akmal yang meneliti,” jelas Sekjen Kemenkes Untung Suseno Sutardjo. (Mut/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya