Agar Jaran Kepang Tetap Lestari

MI
02/8/2016 09:47
Agar Jaran Kepang Tetap Lestari
(MI/Khairullah Mustafa)

SINDEN mulai bernyanyi seiring dengan terdengarnya suara selompret, kendang, kempul, bonang. dan gong yang bersahut-sahutan. Sesekali suara cambukan seorang penari berpakaian warna-warni dan berenda terdengar. Para pengunjung pun tampak terkesima.

Pukul 10.00, Sabtu (30/7) siang itu, pergelaran tari Revitalisasi Jaran Kepang resmi dimulai. Museum Gajah mendadak diramaikan pengunjung dari dalam maupun luar negeri.

Penggagas Revitalisasi Tari Jaran Kepang, Kartika Mutiara Sari, ingin revitalisasi ini jadi sarana mengenalkan Temanggung dan menghidupkan kembali tarian yang perlahan punah itu.

Bersama adiknya, Sundari Mardjuki, penulis novel Genduk, mereka mencoba mengenalkan Temanggung kepada dunia.

“Perkembangan tari Jaran Kepang sesuai kaedah-kaedah yang memiliki 45 motif gerak,” terang Kartika yang mengaku telah mempersiapkan pergelaran ini setahun yang lalu.

Sutopo, pemimpin Tari Jaran Kepang asal Desa Legok Sari, Temanggung, yang diundang untuk tampil, mengatakan tari Jaran Kepang sebenarnya memiliki tingkat antusiasme masyarakat yang luar biasa.

“Jadi di setiap dusun, bahkan di setiap RT itu ada kelompok tari Jaran Kepang. Tidak menurun sebenarnya, hanya inovasi ini agar tari Jaran Kepang benar-benar diminati dan dikenal secara internasional,” ungkapnya.

Wakil Bupati Temanggung Irawan Prasetyadi bangga dan mengapresiasi pergelaran tarian yang pernah menjadi kebanggaan pada era 1970-an itu. “Inilah yang pernah jaya di Kabupaten Temanggung.”

Irawan, dalam kata sambutannya, menambahkan tarian itu mesti menjadi ikon Temanggung sebab sudah sangat membudaya. “Tarian ini juga sebagai sarana pemersatu pemuda-pemuda yang ada di Temanggung, sekaligus mencegah benih-benih radikalisasi,” jelasnya.

Tari Jaran Kepang atau yang lebih dikenal dengan Kuda Lumping itu memang memiliki gerakan dasar seperti orang menunggang kuda, mulai gerakan kaki, tangan, jemari, bahu dan pundak, leher dan kepala, hingga pinggang dan perut. Semua gerakannya mengentak, cepat, halus, sekaligus rancak mengikuti irama musik yang magis dan kuat.

Penari-penari yang merupakan petani tembakau itu menjadi poros magnet yang kuat yang membuat setiap pengunjung terdiam.

Lewat setiap entakan kaki, anggukan kepala, suara lonceng di kaki, dan goyangan pinggul, para penari seperti kerasukan. Saat pesinden mengucapkan ‘jaran kepang’, seluruh penari membalasnya dengan pekikan keras. (Khairullah/H-2)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya