Sekolah Turki di Indonesia tidak Ditutup

BU/EM/FD/AU/Ths
30/7/2016 06:50
Sekolah Turki di Indonesia tidak Ditutup
(ANTARA/MUHAMMAD IQBAL)

PEMERINTAH tidak akan menutup sekolah di Indonesia yang bekerja sama dengan Turki, sebab semua aset dan investor sekolah merupakan milik dalam negeri.

Hal itu disampaikan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy dalam menanggapi permintaan Kedutaan Besar Turki di Jakarta.

"Tenaga pengajar dari Turki harus ditarik, tapi sekolah tidak ditutup. Mereka (Turki) hanya memberikan bantuan manajemen. Kesepakatannya (kerja sama Indonesia dan Pasiad ) hanya sampai November ini," ujar Muhadjir di Jakarta, kemarin.

Pacific Countries Social and Economic Solidarity Association (Pasiad) adalah organisasi nonpemerintah yang digerakkan masyarakat Turki.

Rezim Presiden Recep Tayyip Erdogan menyebut organisasi itu terkait dengan ulama Fethullah Gulen yang dituduh terlibat dalam kudeta yang gagal pada 15 Juli lalu.

"Bahasanya (sekolah) bilingual, yaitu Inggris dan Turki. Lulusannya ada yang dikirim ke Turki. Urusan kami ialah sekolah tersebut ada di Indonesia. Insya Allah sekolah tidak kami tutup. Tidak mungkin kita didikte negara lain soal pendidikan," tukas Mendikbud.

Sebelumnya, dalam siaran pers mereka, Kamis (28/7), Kedubes Turki secara resmi meminta Indonesia menutup sembilan sekolah yang terkait dengan jaringan Organisasi Fethullah (Feto).

Feto merupakan sebutan rezim Turki untuk para pengikut Fethullah Gulen.

Kesembilan sekolah itu ialah Pribadi Bilingual Boarding School di Depok, Pribadi Bilingual Boarding School (Bandung), Kharisma Bangsa Bilingual School (Tangerang Selatan), Semesta Bangsa Bilingual Boarding School (Semarang), Kesatuan Bangsa Bilingual Boarding School (DIY), Sragen Bilingual Boarding School (Sragen), Fatih Bilingual School Boys (Aceh), Fatih Bilingual School Girls (Aceh), dan Banua Bilingual Boarding School di Kalsel.


Siap menuntut

Kepala SMP dan SMA Pribadi Bilingual School (PBS) di Bandung, Ahmad Fauzi, menegaskan sekolah yang ia pimpin tidak memiliki hubungan apa pun dengan Feto.

"Kami berada di bawah naungan Yayasan Pribadi Bandung," kata Fauzi di Bandung, kemarin.

"Sekolah kami memang identik dengan Turki. Itu sejarah. Tapi sekarang, tepatnya pada 2014, kami mengelola dan mengatur sendiri, tanpa keikutsertaan pihak lain."

Fauzi menambahkan, di PBS Bandung, selain pelajaran akademis, juga diajarkan tentang nasionalisme.

"Membangun toleransi yang tinggi. Kami bukan sekolah Islam, melainkan sekolah umum meski mayoritas siswanya pemeluk Islam."

Siswa kelas 9 PBS Bandung, Irfan Sofyana, membenarkan di sekolahnya diajarkan tentang kebangsaan.

"Kami diberi pelajaran toleransi, dan saling menghargai sesama teman tanpa melihat latar belakang suku dan agama."

Bantahan keterlibatan dengan Feto juga disampaikan Sabar Risdadi, Kepala Fatih Bilingual School Boys, Banda Aceh.

"Tidak ada indikasi yang mengarah seperti yang mereka tuduhkan," tukasnya.

Ia menyatakan kehadiran Fatih School Boys sejak 2007 telah menghasilkan banyak prestasi.

Bahkan, ia menilai sekolah itu telah berkontribusi dalam memajukan pendidikan di Aceh.

Masih terkait, SMP-SMA Kesatuan Bangsa Bilingual Boarding School Yogyakarta siap menggugat Kedubes Turki.

"Kami sangat dirugikan Kedubes Turki. Orangtua siswa, pengajar, yayasan, dan siswa sangat dipojokkan," jelas Humas Kesatuan Bangsa Bilingual Boarding School Iksan di Yogyakarta. (BU/EM/FD/AU/Ths/X-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya