Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
BADAN Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) mengajak seluruh keluarga Indonesia untuk senantiasa berkumpul dan berbagi bersama agar timbul komunikasi yang baik sesama anggota keluarga, yaitu antara ayah dan ibu, ibu dan anak, ayah dan anak, dan anak dan orangtua mereka.
Dengan begitu, ketahanan sebuah keluarga akan makin kuat.
Kepala BKKBN Surya Chandra Surapaty menyampaikan ketahanan keluarga merupakan basis revolusi mental yang telah dicanangkan Presiden Joko Widodo, terutama dalam membentuk karakter manusia Indonesia yang berintegritas, memiliki etos kerja, dan bersemangat gotong royong.
"Kalau tidak ada komunikasi antarmanusia dalam keluarga, ketahanan keluarga akan terancam. Imbasnya masa depan generasi penerus kita dipertaruhkan," ujarnya saat wawancara khusus dengan Media Indonesia di Jakarta, akhir pekan lalu.
Penguatan ketahanan keluarga juga kunci paling utama untuk menjadikan wahana terbaik dalam mendidik karakter anak.
Tanpa itu, mustahil manusia Indonesia memiliki kualitas yang bisa bersaing di masa depan.
Pada umumnya, kualitas manusia diukur dari dua hal, yaitu kompetensi dan karakter.
Jika rata-rata manusia Indonesia hanya memiliki kompetensi sekolah dasar, pendidikan karakter harus diperkuat mulai dari lingkungan keluarga.
Keluarga merupakan wahana pertama dan utama membentuk karakter bangsa sebagai unit terkecil dalam menyiapkan sumber daya manusia yang berkualitas.
Ketahanan negara akan sangat ditentukan ketahanan keluarga, sebab keluarga merupakan cermin kualitas ketahanan nasional.
"Itulah pentingnya komunikasi agar nilai revolusi mental yang menjadi karakter bangsa bisa terwujud melalui ketahanan keluarga," tukas Surya.
Presiden RI hadiri Harganas XXIII
Ajakan keluarga Indonesia untuk berkumpul dan berbagi bersama kembali ditegaskan Kepala BKKBN Surya dalam rangka memperingari Hari Keluarga Nasional (Harganas XXIII 2016) di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), pada hari ini.
Menurut rencana, Presiden Republik Indonesia Joko Widodo menghadiri peringatan Harganas XXIII.
Itu merupakan kali kedua Presiden hadir secara pribadi dalam peringatan Harganas setelah tahun lalu di Kota Tangerang.
Kehadiran orang nomor satu di Republik ini merupakan bukti bahwa Program Kependudukan, Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK) mendapat perhatian khusus dari Presiden Joko Widodo.
Gubernur NTT Frans Lebu Raya pun menyambut positif penyelenggaraan Harganas XXIII.
Apalagi, peringatan tersebut dihadiri Joko Widodo, sejumlah menteri, pejabat pusat dan daerah, serta dukungan ribuan peserta yang menyemarakkan acara.
Itu sebuah peringatan besar yang harus berjalan sukses sesuai rencana yang diharapkan.
Untuk itu, orang nomor satu di NTT tersebut meminta semua pihak mendukung penuh momen spesial tersebut.
"Saya mengajak seluruh komponen masyarakat Nusa Tenggara Timur, baik pejabat provinsi dan kabupaten kota se-Nusa Tenggara Timur, para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh perempuan, tokoh adat, tokoh pemuda, dan seluruh masyarakat untuk menyukseskan puncak peringatan Hari Keluarga Nasional XXIII," pinta Frans.
Ungkapan kebahagian juga dilontarkan Wali Kota Kupang Jonas Salean.
"Beta sangat berbahagia karena tahun ini provinsi NTT dalam hal ini Kota Kupang terpilih sebagai tuan rumah Harganas XXIII," tegasnya.
Jonas juga mengajak masyarakat Kota Kupang untuk bergotong royong menyukseskan perhelatan akbar itu.
"Apalagi, pusat kegiatan Harganas XXIII dilaksanakan di alun-alun rumah jabatan Gubernur Nusa Tenggara Timur," tambah Jonas.
Pada bagian lain, Frans menambahkan, kesadaran masyarakat tentang program keluarga berencana (KB), lanjutnya, sangat penting.
Untuk itu, dibutuhkan proses penyadaran diri terhadap masyarakat,salah satunya pemberdayaan masyarakat untuk ikut KB agar angka kelahiran bisa berkurang.
"Kita tetap mendorong agar BKKBN dan kependudukan menunjukkan kinerja yang baik," kata Frans.
Menurutnya, program KB hanya dapat berhasil apabila didukung bidang lainnya, seperti kesehatan dan pendidikan.
Frans mengakui kasus kematian ibu dan anak sudah semakin berkurang dari tahun ke tahun.
Hal itu didasari peraturan Gubernur NTT tentang revolusi kematian ibu dan anak (KIA) yang dapat diterima masyarakat.
"Ini menunjukkan kesadaran masyarakat tentang kesehatan ibu dan anak begitu besar," ujarnya.
Peringatan Harganas kali ini bertujuan meningkatkan komitmen pemerintah daerah tentang pentingnya pembangunan keluarga serta meningkatkan peran dan fungsi keluarga dalam rangka mewujudkan keluarga kecil yang berketahanan dan sejahtera.
Surya lebih jauh menegaskan bahwa keluarga merupakan pilar pembangunan bangsa sekaligus lingkungan pertama dan utama yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan 'asah, asih, dan asuh', serta tumpuan untuk menumbuhkembangkan dan menyalurkan potensi setiap anggota keluarga.
Peringatan Harganas biasa diperingati setiap 29 Juni berdasarkan keputusan Presiden No 39/2014 tentang Harganas.
Penyelenggaraan tahun ini mengusung tema Hari Keluarga Nasional merupakan momentum upaya membangun karakter bangsa mewujudkan Indonesia sejahtera dengan moto 'Keluarga Berkarakter, Indonesia Jaya'.
"Terdapat sesuatu yang berbeda dalam Hari Keluarga Nasional kali ini dengan mengedepankan keikutsertaan keluarga melalui empat konsep dasar, yaitu reuniting (keluarga berkumpul), interacting (keluarga interaksi), empowering (keluarga berdaya), dan sharing and caring (keluarga berbagi)," papar Surya.
Reuniting (keluarga berkumpul) merupakan hal penting yang harus dilakukan dalam keluarga, dalam suasana berkumpul, keluarga akan dapat saling mengetahui keadaan dan saling memperhatikan antaranggota keluarga (ayah, ibu, dan anak), sehinga dapat saling mengetahui keadaan di antara anggota keluarga.
Selain itu, dalam konsep interacting (keluarga interaksi), komunikasi dalam keluarga menjadi syarat utama keharmonisan keluarga.
Komunikasi yang terbuka antaranggota keluarga akan dapat menciptakan kualitas keluarga yang berketahanan.
Oleh karena itu, komunikasi dalam keluarga menjadi sangat penting agar semua masalah keluarga dapat diselsaikan dengan komunikasi.
Selanjutnya, keluarga yang berdaya dalam konsep empowering merupakan cita-cita yang harus diwujudkan.
"Keluarga mandiri secara ekonomi dan sosial ialah cita-cita setiap keluarga. Memberdayakan setiap keluarga Indonesia agar menjadi keluarga yang sejahtera merupakan tanggung jawab semua pihak," urai Surya.
Sementara itu, sharing and caring (keluarga berbagi) dalam keluarga sangat penting dilakukan apalagi pengalaman yang telah dilalui orangtua mestinya menjadi refensi bagi anak.
"Hal yang positif jadi teladan dan hal yang kurang baik akan menjadi cermin bagi anak agar tidak dialami," paparnya.
Keseluruhan itu sebagai bentuk implementasi revolusi mental yang dimulai dari keluarga.
Keluarga Indonesia dapat berkomunikasi, berkumpul, berinteraksi, dan bergotong royong antarkeluarga dalam dinamika kehidupan sosial kemasyarakatan.
Momentum ini diharapkan akan menumbuhkan serta meningkatkan kesadaran para anggota keluarga Indonesia untuk senantiasa berupaya memperbaiki kualitas kehidupannya secara berkelanjutan.
Pada akhirnya akan terbentuk keluarga-keluarga yang harmonis, lestari, tegar, dan tangguh menghadapi permasalahan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan beragama.
Melalui keluarga, sambung Surya, benih-benih kebaikan ditanamkan sebagai penanaman nilai-nilai moral kemasyarakatan yang akan memberikan warna terhadap ketahanan berbangsa dan bernegara.
Keluarga merupakan pilar pembangunan bangsa.
Keluarga merupakan lingkungan pertama dan utama yang mempunyai peranan penting dalam memenuhi kebutuhan asah, asih, dan asuh.
"Oleh karena itu, keluarga menjadi ajang yang paling sempurna untuk menanamkan ketiga nilai Revolusi Mental, yaitu integritas, etos kerja, dan gotong royong dalam membangun karakter manusia Indonesia sejak dini," jelasnya.
Surya menilai peringatan Harganas XXIII dapat dijadikan momentum untuk meningkatkan komitmen pemerintah pusat dan daerah terkait dengan pentingnya meningkatkan peran dan fungsi keluarga demi mewujudkan keluarga kecil berketahanan dan sejahtera.
Selain itu, diharapkan muncul kesadaran keluarga Indonesia untuk memperbaiki kualitas kehidupan secara berkelanjutan.
Dengan demikian, akan terbentuk keluarga yang harmonis serta tangguh menghadapi permasalahan kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
"Tugas kami benahi di hulu, keluarga yang ada di hilir jalankan delapan fungsi keluarga optimal. Agama, cinta kasih, fungsi sosial budaya, reproduksi, pendidikan, ekonomi, perlindungan, dan lingkungan," cetusnya.
Siklus kehidupan
Tidak kalah penting, BKKBN memiliki peran pada dimensi pembangunan manusia yang masuk strategi pembangunan nasional tahun 2015-2019.
Salah satunya diupayakan melalui kontrol terhadap siklus kehidupan sejak awal pembentukan manusia.
"Mulai dari pernikahan harus terencana, minimal 21 tahun bagi perempuan. Jumlah anak juga harus direncanakan, kehamilan, melahirkan, serta mengikuti program kesehatan ibu dan anak," terang Surya.
Pendekatan siklus kehidupan sendiri, imbuh Surya, mencakup tahap perkembangan, mulai dari balita dan anak, remaja, hingga lansia.
Menurutnya, itu harus disertai dengan penanaman nilai revolusi mental untuk menjamin kualitas yang sesuai dari apa yang dicita-citakan.
Lebih penting lagi, setiap keluarga harus memiliki rencana kehidupan yang dapat sekaligus mendukung program pemerintah.
Misalnya mengatur jarak kehamilan minimal tiga tahun setelah kelahiran bayi pertama, membeikan air susu ibu selama dua tahun, selama kehamilan harus diperikasakan kepada tenaga dokter sedikitnya empat kali dan harus didampingi oleh suami, sekaligus diberikan imunisasi ibu hamil dan pemeriksaan kehamilannya, serta mengikuti gagasan dua anak cukup.
"Kami akan sosialisasikan terus agar keluarga Indonesia cerdas dalam membina dan menjaga ketahanan keluarga yang sejahtera," pungkasnya.
Apalagi, Indonesia bakal mengalami bonus demografi dengan jumlah penduduk yang diperkiran terjadi mulai 2020.
Bonus demografi merupakan proporsi penduduk usia produktif yang sangat besar atau sekitar 69% dari jumlah penduduk Indonesia.
Sementara itu, rasio angka ketergantungan (dependency ratio) mencapai titik terendah.
Artinya, pada saat itu jumlah angkatan kerja sangat besar, tapi menanggung beban kelompok usia anak dan lansia yang sangat kecil.
Bonus demografi merupakan keuntungan ekonomis yang disebabkan menurunnya rasio ketergantungan sebagai hasil proses penurunan fertilitas jangka panjang.
Transisi demografi menurunkan proporsi penduduk usia muda dan meningkatkan proporsi penduduk usia kerja, dan itu menjelaskan hubungan pertumbuhan penduduk dengan pertumbuhan ekonomi.
"Penurunan proporsi penduduk muda mengurangi besarnya investasi untuk pemenuhan kebutuhannya sehingga sumber daya dapat dialihkan kegunaannya untuk memacu pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan keluarga," ujarnya.
Dengan kata lain, bonus demografi adalah keadaan ketika jumlah penduduk produktif (15-64 tahun) lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah penduduk muda (di bawah 15 tahun) dan lansia (65 tahun ke atas).
Bonus demografi, papar Surya, sering dikaitkan dengan kesempatan yang disebut jendela peluang.
Kesempatan yang didapat berupa kondisi ketika rasio ketergantungan antara jumlah penduduk usia kerja dan penduduk usia muda dan lansia ada pada titik terendah.
Jendela peluang itu, ucapnya, hanya akan terjadi satu kali saja dalam sejarah sebuah negara. Jendela peluang itu juga tidak terjadi selamanya, tapi hanya tersedia dalam waktu yang sangat singkat, satu atau dua dekade saja.
"Hal ini disebabkan, karena dalam transisi demografi usia harapan hidup yang terus meningkat akan meningkatkan jumlah lansia di atas 65 tahun sedemikian rupa sehingga rasio ketergantungan juga bertambah besar."
Sebagian besar penduduk usia produktif yang ada pada satu hingga tiga dekade mendatang itu ialah para remaja dan generasi muda saat ini.
Bonus demografi ibarat pedang bermata dua, bisa menjadi anugerah atau sebaliknya menimbulkan bencana kependudukan.
Belum lagi, fenomena kekerasan seksual pada anak, pelecehan terhadap kaum perempuan, atau kasus kekerasan dalam rumah tangga bisa melemahkan ketahanan dan kesejahteraan keluarga.
Karena itu, perlu langkah konkret dari berbagai elemen, pemerintah, dan masyarakat.
"Kekerasan di keluarga bisa terjadi akibat tidak adanya komunikasi. Jadi upayakan selalu ada komunikasi antaranggota keluarga agar ketahanan keluarga terjaga," papar Surya.
Upaya membangun karakter bangsa melalui penyiapan generasi muda, lanjut Surya, didorong pentingnya peran generasi muda sebagai pemegang estafet pembangunan bangsa dan negara Indonesia di masa depan.
Jumlah kaum muda Indonesia saat ini sangat besar.
Sesuai dengan hasil Sensus Penduduk 2010, sekitar 1 dari setiap 4 orang Indonesia ialah remaja usia 10-24 tahun.
Hasil Proyeksi Penduduk Indonesia 2010-2035 (Bappenas et al, 2013) menyatakan jumlah remaja justru diperkirakan akan meningkat dari 66,3 juta jiwa (2016) menjadi 69,6 juta jiwa (2035).
"Jumlah yang besar ini tentunya harus dipersiapkan dengan baik agar menjadi sumber daya pembangunan yang berkualitas," tutup Surya. (Mut/Mus/S-25)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved