Headline
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Surya Paloh tegaskan Partai NasDem akan lapang dada melakukan transformasi regenerasi.
Kumpulan Berita DPR RI
MESKI sekarang banyak diapresiasi orangtua, fasilitas kamera CCTV pada awalnya cukup sulit diadakan SMPN 1 Telukjambe Timur, Karawang. Kepala SMP itu, Rukmana, mengatakan kendala terbesar ialah biaya.
Anggaran Rp1 juta per murid tiap tahun tentunya tidak cukup untuk pengadaan 16 kamera CCTV dan hotspot internet. Dari musyawarah dengan orangtua dan komite sekolah, diputuskan setiap orangtua menyumbangkan uang sebesar Rp100 ribu. Namun, hanya sekitar 60% orangtua yang berpartisipasi. Meski pembiayaan terbatas, manfaat besar yang dirasakan membuat pihak sekolah ingin menambah kamera CCTV agar bisa memantau 37 kelas.
Di sisi lain, Rukmana juga membuat paguyuban orangtua murid di tiap kelas. Paguyuban inilah yang juga mengontrol keadaan siswa. Pihak sekolah menjalin komunikasi yang erat dengan paguyuban ini.
Di Jakarta, SMA Negeri 66 mengungkapkan, kendala pembuatan sistem kamera CCTV daring ialah biaya. Sekolah itu telah memiliki kamera CCTV di 21 ruangan, tapi hanya bisa diakses pihak internal. “Semenjak ada bantuan operasional pendidikan (BOP) dua tahun lalu, tidak boleh lagi beli barang, tapi harus memelihara barang yang ada. Jadi, kami tidak bisa kembangkan ke sistem online,” ungkap Wakil Kepala SMA 66 Jakarta Bidang Sarana dan Prasarana, Tjahyani, saat ditemui, Rabu (20/7).
Direktur Pembinaan Sekolah Menengah Atas Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Purwadi Sutanto, mengungkapkan kementeriannya belum melihat kebutuhan kamera CCTV daring, begitu pula regulasinya.
“Kalau memang dibutuhkan, baru akan ditindaklanjuti. Tidak tertutup kemungkinan akan ada pengembangan fasilitas CCTV online,” imbuhnya.
Purwadi berpendapat bahwa sesungguhnya kamera CCTV hanya diperuntukkan pengawasan internal. Pengawasan anak yang baik justru akan dihasilkan lewat komunikasi dengan orangtua.
“Intinya sekolah harus terbuka kepada orangtua. Pemantauan bukan berarti dari layar ponsel, melainkan dari kualitas komunikasi sekolah dan orangtua,” terangnya.
Akses kamera CCTV untuk orangtua juga tidak disepakati pengamat pendidikan dari Universitas Gadjah Mada, Budi Wignyosukarto. “Khawatir akan menjelma menjadi pengawasan yang represif,” jelasnya.
Menurutnya, seharusnya kamera CCTV dipakai untuk mengawasi kualitas guru dalam mengajar dan kemampuan anak saat mengikuti proses belajar di kelas. Pengawasannya pun hanya dilakukan pihak internal sekolah.
Budi menyarankan agar orangtua percaya kepada institusi tempat anak belajar. Di samping itu, pengawasan yang dilakukan orangtua bisa dilakukan dengan jalan memperbanyak diskusi. Dengan diskusi pula, sebenarnya orangtua tidak hanya mengawasi anak, tetapi juga terlibat dalam pendidikan anak.
Arisan hati
Pengawasan yang bernuansa keguyuban terlihat di SMA Negeri 8 Jakarta. Para orangtua murid di salah satu SMA terbaik di Indonesia ini memilih ikut terlibat dalam pendidikan anak lewat kegiatan yang dinamai sebagai Arisan Hati.
Sejak aktif pada 2014, setiap tahun arisan itu menyelenggarakan berbagai macam seminar dan diskusi. Intensivitasnya pun rata-rata hanya satu atau dua bulan sekali, bergantung pada kebutuhan.
Tidak tanggung-tanggung, dalam diskusi itu, mereka mengundang pakar dari perguruan tinggi negeri, perwakilan universitas luar negeri, hingga psikolog. Berbagai pengetahuan yang didapatkan dari diskusi itu digunakan untuk kemajuan pendidikan anak.
“Karena banyak ibu-ibu yang ikut dan kami menggunakan istilah arisan untuk kumpul dari hati ke hati membicarakan prestasi anak,” kata salah satu pengurus pokja Arisan Hati, Suradi, yang juga alumnus SMA Negeri 8 angkatan 1982.
Para orangtua pun secara independen mampu menyelenggarakan kegiatan itu hingga tidak memberatkan sekolah. “Mengawasi aktivitas dan prestasi bagi kami orangtua sama pentingnya. Untungnya orangtua aktif berkomunikasi kepada pihak sekolah,” kata Suradi.
Di Tangerang Selatan, Sekolah Tara Salvia berusaha melibatkan orangtua dalam pendidikan anak lewat berbagai seminar dan sosialisasi seputar kurikulum sekolah. Sosialisasi itu termasuk penjelasan kepada orangtua tentang cara pengajaran yang diberikan sekolah kepada anak. Hal itu sudah menjadi tradisi sejak sekolah berdiri pada 2006.
“Dengan seminar itu, Tara Salvia berharap akan timbul pemahaman yang sama antara sekolah dan orangtua,” tutur Direktur Pendidikan Sekolah Tara Salvia, Angie Siti Anggari.
Saat tahun kedua dan ketiga, sekolah memberikan seminar kepada orangtua mengenai materi nonakademik untuk mendukung anak-anak bersikap mandiri. Di tahun keempat, pelatihan berfokus pada pelajaran matematika. Mata pelajaran ini dipilih karena orangtua dinilai membutuhkan update kurikulum matematika saat ini.
Orangtua juga dilibatkan sampai ke kelas, yakni dengan membacakan dongeng atau mendramakan cerita kisah rakyat kepada anak-anak.
Keterlibatan orangtua ini juga ikut menjadi bagian penilaian nonakademik murid. “Semua ini tentunya harus ada kerja sama yang baik antara orangtua dan sekolah. Sebagus apa pun sistem metode yang ada di sekolah, tidak akan berhasil kalau orangtua anak tidak mau mendukung,” pungkas Angie. (Fik/M-3)
miweekend@mediaindonesia.com
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved