Ini Kata Ahli IT UGM tentang Gim Pokemon Go

Ardi Teristi Hardi
22/7/2016 18:07
Ini Kata Ahli IT UGM tentang Gim Pokemon Go
(AFP PHOTO / TORU YAMANAKA)

GIM aplikasi Pokemon Go belakangan banyak diberitakan oleh berbagai media. Dosen Teknik Informatika dan Tekonologi Informasi Universitas Gadjah Mada (UGM) Widyawan mempunyai tanggapan sendiri terkait permainan ini.

"(Pokemon Go) unik, karena Pokemon Go pada dasarnya adalah sebuah permainan atau gim berbasis mobile apps. Seperti layaknya gim lainnya, apps ini lebih ditujukan untuk menghibur dan menyenangkan penggunanya," kata dia.

Menurut dia, teknologi yang digunakan dalam Pokemon Go cukup inovatif sehingga belum banyak dipahami. Akibatnya, banyak timbul kesalahpahaman dan bertita palsu (hoax) terkait penilaian terhadap permainan ini.

"Permainan Pokemon Go merupakan gim yang berbasis lokasi, artinya lokasi fisik dari pemain menentukan pola interaksi dengan aplikasi. Terdapat avatar (karakter dalam gim yang merupakan representasi pemain) yang berjalan atau berpindah sesuai posisi pemain. Interaksi berupa kemunculan karakter Pokemon, Pokestop, Gym, dan lain-lain bisa disesuaikan dengan lokasi pemain tersebut," lanjut Widyawan.

Dalam bahasa akademis, aplikasi ini termasuk kategori context-aware application. Secara teknis, lokasi pemain didapatkan dari informasi global positioning system (GPS), triangulasi sinyal wifi, atau triangulasi sinyal menara seluler.

Teknologi ini sebenarnya sudah banyak digunakan dalam aplikasi lainnya. Google Map, Waze, Go-Jek, Facebook, Path, Foursquare merupakan beberapa contoh aplikasi berbasis lokasi. Posisi pengguna akan dikirim ke server, untuk kemudian memberikan layanan yang sesuai. Sebagai contoh Go-Jek akan mencatat lokasi pemesan, untuk memilihkan pengemudi ojek yang terdekat.

"Seharusnya, kekhawatiran terhadap penggunaan informasi lokasi di Pokemon Go tidak lebih besar jika dibandingkan dengan ketika menggunakan Go-Jek, Google Map, Garmin GPS, dan lainnya. Teknologi lokasi yang digunakan sama," kata dia.

Perusahaan-perusahaan tersebut, untuk menjaga kepercayaan pelanggannya, tentunya memiliki kebijakan kerahasiaan data yang ketat. Bahkan, dari sudut privasi, lanjut Widyawan, ia mengaku lebih khawatir membagikan nomor telepon genggam ketika mengisi formulir kartu kredit di Indonesia. Karena ujung-ujungnya dibagikan dan berakibat datangnya banyak telepon tidak jelas menawarkan produk asuransi dan kartu kredit lainnya.

Ia mengatakan, banyak berita palsu (hoax) yang beredar perihal Pokemon Go akan digunakan untuk melakukan pemetaan lokasi strategis perkantoran, pemerintahan, dan militer. "Niantic (perusahaan pembuat Pokemon Go) tidak perlu melakukan pemetaan, karena mereka sudah memiliki petanya," kata dia.

Pokemon Go menggunakan peta yang disediakan oleh Google Map. Peta tersebut terbuka di internet. Pengembang aplikasi pihak ke-3 bisa memanfaatkannya melalui Google Map API. Menurut dia, sudah terlambat jika kita mengkhawatirkannya sekarang.

Google Map merupakan peta outdoor, diambil berbasis gambar satelit maupun kamera yang dipasang di pesawat. Tidak ada informasi indoor yang terdapat di dalamnya. Secara teknis, pemetaan dalam ruangan lebih susah untuk dilakukan. Teknologi yang digunakan umumnya berdasarkan pengukuran jarak menggunakan laser, ultrasound, maupun depth-camera.
SLAM (simultaneous localization and mapping) merupakan salah satu algoritma, yang canggih sekaligus rumit, yang bisa digunakan untuk memetakan secara otomatis.

Selain itu, di media sosial juga beredar kabar bahwa gambar kamera yang digunakan dalam permainan, akan dikirimkan ke server Niantic, tanpa izin. Untuk menguji hal tersebut, sebuah perusahaan bernama Applidium melakukan reverse engineering untuk mendapatkan kode sumbernya (source code).

"Pada source code tersebut ternyata tidak ditemukan perintah untuk mengirimkan data gambar/video ke server Pokemon Go," kata dia.

Dari ulasan tersebut bisa dilihat Pokemon Go merupakan permainan yang memanfaatkan teknologi yang cukup inovatif. Karena kebaruannya, timbul kekhawatiran yang sebenarnya agak berlebihan maupun tidak berdasar. Teknologi tidak bisa dan tidak perlu dibendung.

Menurut Widyawan, sebaiknya kita ambil sisi positifnya, sambil membatasi efek negatif yang mungkin timbul. Salah satu efek positif dari permainan Pokemon Go ialah pemainnya akan didorong untuk lebih aktif secara fisik (bergerak dan berjalan) untuk berburu Pokemon.

Interaksi dan komunikasi sosial dengan sesama pemain pun difasilitasi oleh permainan ini. Sudah bermunculan juga komunitas pemain Pokemon Go di Indonesia. "Potensi yang lain adalah permainan ini bisa digunakan untuk sarana promosi, bisa untuk promosi pariwisata maupun usaha/bisnis komersial," pungkas dia. (OL-5)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Berita Lainnya