Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
PSIKOLOG klinis Reti Oktania mengungkapkan, dalam bidang seni, terutama menggambar, setiap anak memiliki tahapan perkembangan sesuai dengan usia.
Tahapan itu dimulai dari fase scribbling atau coretan, saat anak usia dua sampai empat tahun melakukan goresan secara berulang namun belum memiliki bentuk yang bermakna.
Dari tahap ini, orangtua bisa tetap mengapresiasi dari hasil coretan tersebut dengan kalimat yang memotivasi, sehingga anak merasa bisa melakukan yang lebih baik.
Baca juga: 10 Contoh Gambar Pemandangan Alam yang Mudah Ditiru
"Ajak anak menamai dan memaknai gambarnya dengan bertanya, tidak perlu mengkritik dan mengoreksi anak di tahap ini. Motivasi anak untuk terus berkarya dan perluas wawasannya dengan melihat banyak jenis gambar," ucap Reti, dikutip Kamis (30/3).
Tahap selanjutnya adalah Pre-Schematic, yang biasanya ada pada anak yang sudah memasuki jenjang sekolah yaitu usia 4-7 tahun.
Pada tahap ini, gambar anak sudah mulai konsisten dan mulai terlihat pola yang sesuai dengan yang pernah ia lihat.
Baca juga: Gambar Dua Dimensi: Pengertian, Ciri, dan Contoh
Di tahap ini, juga orangtua diminta untuk tidak buru-buru mengoreksi gambar anak dan beri apresiasi dengan memperhatikan apa yang anak gambar.
"Tugas orangtua mulai dari bertanya apa yang anak kerjakan, tanya bagaimana perasaannya setelah menghasilkan gambar, dari mana dapat idenya, jadi orangtua harus curious atau penasaran," saran psikolog parenting dan perkembangan anak ini.
Memasuki usia 7-9 tahun anak mulai menggambar dengan konsisten dan ada detail unik. Tahap ini dinamakan Schematic stage. Ini juga merepresentasikan pengalaman mereka terhadap apa yang sering ia lihat di sekitar.
Maka itu, penting memaparkan anak terhadap pengalaman karena itu menjadi sarana untuknya terus berkarya. Orangtua bisa menambah wawasannya dengan memperlihatkan detail dan observasi terhadap barang atau lingkungan yang dijumpai sehari-hari.
"Anak usia 7 tahun fokusnya sudah 21-35 menit dia bisa mengamati sesuatu, kita manfaatkan waktunya kita ajak anak mengamati dipegang, dilihat, didengar agar bisa jadi bahan bakar kreativitasnya. Diskusi kalau dia sudah menghasilkan sesuatu, temanya apa, maksudnya apa karena dia sudah banyak detail di gambarnya," tutur Reti.
Tahap terakhir yaitu anak sudah bisa menggambar secara lebih realistik di usia 9-12 tahun.
Dari tahap ini, anak sudah bisa menghasilkan apa yang ia temui sehari-hari menjadi karya. Di usia ini pula anak sudah mulai bisa frustasi jika gambarnya tidak sesuai dengan ekspektasinya.
Orangtua bisa memberikan kalimat yang bisa memvalidasi perasaan anak dengan memperhatikan emosi anak, berempati, dan support dengan bantuan agar anak lebih tenang.
Psikolog lulusan Fakultas Psikilogi Universitas Indonesia itu mengatakan menggambar dapat memberikan manfaat karena anak bisa menuangkan ide dengan berbagai cara.
Manfaat lainnya adalah dapat meningkatkan kognitif dan belajar sebab akibat seperti mencampur warna dan menambah goresan di gambar sehingga mencapai hasil gambar yang harmonis.
Selain itu, kemampuan motorik halusnya juga dapat berkembang karena terstimulasi oleh koordinasi mata dan tangan.
"Menggambar itu free drawing, jadi alat sehat untuk anak menuangkan ide pikiran dan emosinya. Kemampuan motorik halusnya bisa menghasilkan koordinasi mata dan tangan," pungkas Reti. (Ant/Z-1)
Jabarano menghadirkan kolaborasi 9 pegiat kreativitas di cafe ketiganya di Jabarano Coffee-Kuda Lumping 3.0 Laswi, di Jalan Laswi, Kota Bandung.
GRUP Seni Tarawangsa Pusaka Sunda Lugina dari Desa Rancakalong, Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, sukses membawa kesenian Tarawangsa ketiga panggung internasional di Eropa.
DUA kesenian tradisional masyarakat Kabupaten Sumedang, Jawa Barat, ditetapkan sebagai Warisan Budaya tak Benda oleh Kemendikbud-Ristek.
Seni dan budaya tradisional asli daerah tidak boleh lenyap ditelan gegap gempitanya seni dan budaya milik bangsa asing.
Akses terhadap seni masih belum menyeluruh dan mayoritas masyarakat Indonesia masih memandang rendah terhadap bidang ini.
Workshop dan Galeri Kaligrafi Lengkong membuktikan bahwa warisan budaya bisa menjadi fondasi kuat untuk masa depan yang lebih baik.
Bergabung dengan komunitas bisa memberikan tambahan ilmu baru tentang menggambar hingga memperluas relasi dengan bertemu orang yang memiliki hobi serupa.
Amanda Caesa, memiliki banyak hobi, seperti bermain musik dan menggambar, memutuskan menekuni dunia tarik suara dengan sukses.
Tidak semua orang familiar dengan konsep dan teknik yang terlibat dalam menciptakan gambar perspektif yang memukau.
Itu bisa terlihat jika anak gemar menggambar atau membuat cerita yang menarik.
Program ini bisa mengajarkan anak-anak tentang kepeduliannya menjaga bumi dan mengekspresikannya dalam melukis diatas kaos.
"Memberi ruang mereka berekspresi dengan tidak memarahi ketika coret-coret tembok, atau diarahkan ke media gambar yang murah seperti kertas dan alat gambar yang ada."
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved