Jangan Melewatkan Ramadan

Suprianto Annaf
03/7/2016 05:30
Jangan Melewatkan Ramadan
(ANTARA/Jojon)

PESAN Ramadan seperti dalam judul tulisan ini kerap disampaikan. Para ustaz, dai, ataupun orangtua selalu mengulang kata nan bijak itu agar umat muslim bersungguh-sungguh dalam melaksanakan ibadah Ramadan. Namun, sering pula kata itu bersalin bentuk, misalnya kata melewatkan, di suatu momen, berganti melewati, menjalani bertukar menjalankan.

Silih bergantinya imbuhan -kan atau -i ini muncul dalam persepsi yang bias. Baru saja media massa terbebas dari logika kata memenangkan atau memenangi (pertandingan). Kini muncul kegagapan antara kata menugasi dan menugaskan, lalu tergelincir meng­gunakan kata memba­wahi dan membawahkan. Nah, sekarang ada lagi kata menja­lani atau menjalankan, melewati atau melewatkan. Lalu mana kata yang berterima dan berlogika?

Mari kita mulai dari kata menjalani dan menjalankan. Tertukarnya dua kata itu boleh dibilang berintensitas tinggi. Pendakwah dan siapa pun sesekali me­nyebut ‘Selamat menjalankan ibadah puasa’. Namun, sesekali pula menyebut ‘Selamat menjalani puasa’.
Seperti dua sisi mata uang yang terlempar, kita seakan tidak ajek menerima kemunculan yang benar, menjalani-kah yang benar atau menjalankan!

Kata menjalani bermakna bahwa pelaku mengikuti saja semua prosesi yang sudah di­rencanakan atau ditentukan pihak lain. Ak­tivitasnya pun terjadwal dan terukur. Sebagai analogi, kalimat (1) Terdakwa menjalani hukuman selama 5 tahun penjara, (2) Pengantin menjalani prosesi siraman, dan (3) Mahasiswa baru menjalani masa orientasi pengenalan kampus.

Kalimat-kalimat itu tentu tidak berteri­ma bila saja verba menjalani diganti dengan kata menjalankan. Dari sini yang perlu diga­risbawahi, subjek tidak beraktivitas aktif, apalagi berinisiatif.

Kondisi itu tentu saja berbeda dengan kalimat ‘Selamat menjalankan puasa’. Makna yang muncul dari kata menjalankan ialah keaktifan pelaku. Dalam kalimat berikut ini tergambar bahwa subjek diposisikan sebagai persona aktif: (1) Selamat menjalankan bahtera rumah tangga, (2) Ayahlah yang menjalankan mobil itu, dan (3) Semua karyawan harus menjalankan tugas masing-masing.

Dalam konteks puasa, kali­mat ‘Selamat menjalankan puasa’ merupakan struktur yang berterima. Alasannya ibadah puasa ha­rus diawali da­ri akti­vitas aktif. Tanpa ke­aktifan, puasa akan dijalankan dengan keterpaksaan.

Selanjutnya, kata melewatkan atau melewati. Dua kata itu bersintagmati­k sekaligus berparadigmatik dengan dua kata sebelumnya. Kata melewati mengesankan ketidakaktifan, sedangkan kata melewatkan menggambarkan bahwa subjek beraktivitas mutlak dan dominan.
Satu kata terakhir, yakni meninggalkan. Sering penceramah mengutarakan kalimat ‘Ramadan sebentar lagi akan meninggalkan kita’.

Dalam struktur ini, bulan dipersoni­fikasikan sebagai yang hidup, berubah, dan berpindah. Manusia yang pasif. Perubahan alam tidak dapat dihentikan. Akhirnya Ramadan itu meninggalkan.

Kepergiannya tidak dapat ditahan karena yang kuasa ialah Tuhan.

Suprianto Annaf
Redaktur Bahasa Media Indonesia



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Zen
Berita Lainnya