Merekrut Penyandang Disabilitas

LD/M-4
23/6/2016 06:05
Merekrut Penyandang Disabilitas
(MI/LILIEK DHARMAWAN)

DI ruangan berukuran sekitar 4 x 6 meter itu, terlihat dua lelaki dan tiga perempuan berjilbab tengah asyik bekerja.

Mereka tengah memasang pernik-pernik untuk baju dengan merek Sean & Sheila.

Bengkel baju yang berada di Jl Ahmad Yani Purbalingga, Jateng, tersebut sekilas tidak tampak karena depan bengkel merupakan toko.

Baru di bagian belakang toko, bengkel fesyen Sean & Sheila berada.

Kelima karyawan itu tidak terdengar bicara.

Namun, mereka terlihat menggunakan kode-kode tangan saat berkomunikasi. Mereka ialah para penyandang disabilitas, ada yang tunawicara dan tunarungu.

Salah satu karyawan, Arif Hidayat, 23, warga Desa Banjarsari Kidul, Kecamatan Sokaraja, Banyumas, misalnya, menuliskan apa yang ingin ditanyakan.

Dengan lancar ia menuliskan mengenai jati dirinya bahwa dia bekerja di bengkel Sean & Sheila sudah selama tiga tahun, sejak 2013.

Ia juga mengaku kerasan bekerja di tempat tersebut.

Kalau dengan Sheila Agatha, Arif sudah sangat akrab.

Sheila bisa menggunakan kode-kode tangan yang dijawab dengan anggukan dan kode lainnya oleh Arif.

"Beginilah komunikasi saya dengan para karyawan. Karena semua pekerja di sini adalah penyandang disabilitas, saya juga harus menyesuaikan dalam berkomunikasi," ujar Sheila.

Memilih penyandang disabilitas sebagai pekerja bukan perkara mudah.

Namun, Sheila melakukannya karena ada dorongan kuat dari dirinya untuk memberdayakan mereka.

"Awalnya, agak sulit merekrut tenaga yang normal. Kebanyakan terlalu santai dan mereka memilih bekerja di pabrik yang besar. Kemudian ada ide dari kakaknya, kenapa tidak merekrut penyandang disabilitas saja. Lalu, saya mencari lulusan sekolah luar biasa (SLB) untuk dididik menjadi pekerja fesyen seperti menjahit dan memasang pernik-pernik pada baju," kata dia.

Benar juga kata Vincent van Gogh The beginning is perhaps more difficult than anything else, but keep heart, it will turn out all right.

Akan tetapi, bagi Sheila, memantapkan diri memberdayakan penyandang disabilitas menjadi kekuatan ekstra.

"Nyatanya, setelah diberi pengertian, dididik, dan diberi contoh, mereka sudah dapat bekerja. Bahkan, hasil kerja mereka rapi dan memuaskan. Awalnya, butuh ketekunan dan kesabaran dalam membimbing mereka. Apalagi, saya harus membagi waktu di Purbalingga dan kerap juga keluar kota dengan urusan macam-macam. Karyawan di sini paling lama sudah tiga tahun. Sebelumnya ada tujuh karyawan, saat ini hanya tinggal lima pekerja," jelasnya.

Ia mengaku yang dilakukannya anti-mainstream. Ketika saat ini banyak dorongan menjadi perusahaan fast fashion, Sean & Sheila lebih berpatokan pada kualitas.

"Barangkali waktunya memang agak lama, tetapi kualitas produk butuh ketelitian dan kesabaran dalam pembuatannya. Apalagi, produk yang kami tawarkan tetap ada sentuhan manusianya karena tidak seluruhnya menggunakan mesin," ungkap Sheila.

Menurutnya, produk-produk fesyen Sean & Sheila membutuhkan waktu berhari-hari untuk penyelesaiannya.

Misalnya, model sederhana membutuhkan waktu hingga tiga hari, sedangkan yang lebih sulit sepekan.

Sheila mengaku, dengan mempekerjakan penyandang disabilitas di Purbalingga, konsekuensinya ialah seluruh produksi dilakukan di kota kecil.

Hingga kini, ia tidak memikirkan untuk memindahkan tempat produksi.

"Konsekuensinya, saya harus bolak-balik ke Purbalingga. Karena untuk hunting kain masih saya yang melakukan. Padahal biasanya kain yang kami dapat di luar negeri seperti Singapura atau paling dekat di Jakarta. Kain-kain tersebut dipaketkan ke Purbalingga, kemudian dibuat di sana. Nantinya dipasarkan ke sejumlah outlet yang ada seperti di Jakarta dan Singapura, juga dipaketkan lagi," jelas Sheila.

Salah satu alasan mengapa ia tidak mengalihkan lokasi produksi ke Jakarta ialah kecintaannnya kepada para penyandang disabilitas itu.

Sheila sudah cocok dengan pekerja difabel itu.

Kalau tempat produksi pindah ke Jakarta, belum tentu mereka akan mengikuti.

Makanya, ia tetap mempertahankan tempat produksi di Purbalingga.



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Vicky
Berita Lainnya