Satelit LAPAN A3/IPB Mengorbit

Christian Dior Simbolon
22/6/2016 17:31
Satelit LAPAN A3/IPB Mengorbit
(Dok. MI)

SATELIT LAPAN A3/IPB mulai mengorbit. Satelit yang mengemban misi utama memantau sumberdaya pangan ini diluncurkan di Pusat Antariksa Satish Dhawan, Sriharikota, India, Rabu (22/6) pukul 10.55 WIB atau pukul 03.55 waktu setempat. LAPAN-A3/IPB diluncurkan menumpang roket PSLV-C34 milik India.

LAPAN-A3/IPB akan mengelilingi bumi sebanyak 14 kali dan melintasi Indonesia empat kali setiap harinya. Selain memantau lahan pertanian, LAPAN A3/IPB juga bertugas memantau perairan laut, dan mengukur medan magnet bumi. Satelit ini juga akan menguji coba peralatan-peralatan yang dikembangkan ilmuwan LAPAN.

Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengapresiasi peluncuran LAPAN A3/IPB. Menurut Kalla, penggunaan teknologi satelit dalam memantau kekayaan alam dan laut Indonesia dapat turut berkontribusi mendorong kemajuan perekonomian nasional.

"Kita semua selalu memahami kemajuan negara dan produktivitas, dapat didorong dengan teknologi dan sistem. Kita bicara perikanan. Ikan dapat ditangkap dengan menfaatkan teknologi dan sistem yang lebih baik," ujar Wapres usai menyaksikan peluncuran satelit via live streaming di Pusat Teknologi Wahana Dirgantara LAPAN di Bogor, Jawa Barat, kemarin.

Kalla menambahkan, Indonesia merupakan negara yang sangat luas dan kaya akan sumber daya alam. Sebanyak 75% di antaranya ialah laut. Karena itu, wilayah Indonesia harus dipantau dengan baik sehingga tidak terjadi pelanggaran batas wilayah atau pencurian ikan oleh nelayan dari negara lain.

"Kita banyak potensi perikanan. Karena itu, kita harus mengetahui (informasi perikanan) lebih baik. Pentingnya informasi tidak (hanya) diketahui di sini (LAPAN), tapi diketahui nelayan kita di mana pun. Tentu pemerintah dan nelayan memanfaatkan ini," cetus Kalla.

Satelit LAPAN generasi ketiga ini memiliki berat 115 kilogram. Muatan penginderaan jauh satelit ini berupa 4 bands multispectral imager beresolusi 18 meter dengan lebar swath 100 kilometer. Dengan spesifikasi tersebut, kamera satelit ini bahkan mampu menangkap objek sebesar 4 meter persegi dengan sangat jelas.

Kalla berharap, data yang dikumpulkan oleh LAPAN A3/IPB dan satelit LAPAN lainnya bisa dibagi kepada instansi pemerintah lainnya. Dengan begitu, pemerintah tidak akan keliru menelurkan kebijakan di bidang pangan.

"Kalau saat ini, (data pangan) dikira-kira kasat mata, maka terjadi kekacauan. Data LAPAN dibagi ke instansi seperti BPS. (Supaya) jangan rumput disangka padi. Ini teknologi untuk mengecek lebih detail kekayaan alam Indonesia," tandasnya.

Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin mengatakan, sistem yang dibangun pada satelit tersebut akan membantu pemantauan kondisi alam Indonesia yang mempunyai tingkat biodiversitas tinggi. "Salah satu fokus program kami yaitu pengembangan pemantau maritim, layanan zona tangkap ikan, arah angin, suhu air dan tingkat klorofil dalam laut," ujarnya.

Di sektor maritim, Thomas menambahkan, satelit ini dapat mendeteksi cuaca ekstrim sehigga nelayan bisa melaut dengan aman. "Kami kembangkan sistem penginderaan maritim dengan memanfaatkan sensor Automatic Identification System (AIS)," terangnya.

Untuk membuat satelit LAPAN A3/IPB, LAPAN menghabiskan dana sekitar Rp60 miliar. Adapun satelit pendahulunya, yakni Lapan A1 dan Lapan A2 berturut-turut menghabiskan dana Rp35 miliar dan Rp50 miliar untuk pembuatannya. (X-11)



Cek berita dan artikel yg lain di Google News dan dan ikuti WhatsApp channel mediaindonesia.com
Editor : Victor Nababan
Berita Lainnya