Headline
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Undang-Undang Cipta Kerja dituding sebagai biang keladi. Kini juga diperparah Peraturan Menteri Perdagangan No 8 Tahun 2024 yang merelaksasi impor.
Maduro menyamakan pemilihan umum kali ini dengan salah satu pertikaian militer paling terkenal dalam perjuangan Venezuela untuk merdeka dari Spanyol.
KEDATANGAN rombongan masyarakat Magetan, Jawa Timur, ke kampus Institut Teknologi Bandung (ITB) beberapa waktu lalu, menjadi awal dilaksanakannya program pengabdian masyarakat oleh LPPM ITB melalui Pusat Perencanaan dan Pengembangan Kepariwisataan (P-P2Par), di kawasan Gunung Blego dan Gunung Bungkuk, kabupaten itu. Rombongan tersebut terdiri atas empat kepala desa dari Desa Ngunut, Desa Trosono, Desa Sayutan, dan Desa Bungkuk, Kecamatan Parang.
Para kepala desa menyampaikan keinginan masyarakatnya untuk dibantu dalam pengembangan desa. Mereka berharap kawasan Gunung Blego dan Gunung Bungkuk dapat menjadi daerah tujuan pariwisata di Magetan bagian selatan.
Pentingnya pengembangan destinasi wisata di kawasan bagian selatan Magetan itu tidak terlepas dari ketertinggalan pariwisata di kawasan tersebut jika dibandingkan dengan kawasan Gunung Lawu dan Kawasan Telaga Sarangan yang berada di bagian utara Magetan. Kawasan Gunung Blego dan Gunung Bungkuk yang dikenal sebagai kawasan B2 Jaya selama ini dimanfaatkan masyarakat sebagai lahan pertanian, baik sawah maupun kebun.
Sifat persaudaraan dan gotong royong yang sangat tinggi menciptakan masyarakat B2 Jaya yang harmonis dan ramah tamah. Hal itu sudah menjadi modal sangat besar dalam pengembangan pariwisata.
Namun, masyarakat belum memiliki pengetahuan dan pemahaman untuk merancang dan mengembangkan pariwisata. Oleh karena itu, kehadiran tim dari P-P2Par ITB menjadi harapan masyarakat dalam proses percepatan pembangunan kepariwisataan kawasan.
Pendampingan
Pendampingan di kawasan B2 Jaya dilakukan pada tahun pertama lewat berbagai kegiatan pada Juni 2022. Proses dimulai tim dengan mengidentifikasi berbagai kelompok masyarakat yang dapat diajak dalam proses membangun kepariwisataan kawasan.
Proses tersebut di antaranya dengan mengunjungi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magetan, dialog dengan anggota DPRD Kabupaten Magetan yang mewakili Kecamatan Parang, hingga dilakukan pula pertemuan dengan masyarakat yang digelar di Desa Sayutan.
Dalam kegiatan yang dibuka perwakilan dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Magetan itu, tim memberikan materi terkait dengan pemahaman umum kepariwisataan. Selanjutnya, dilakukan diskusi dalam kelompok kecil yang dibagi per desa untuk mengidentifikasi permasalahan pengembangan pariwisata di desa masing-masing.
Proses itu sangat penting untuk menjaring permasalahan faktual yang dihadapi masyarakat di setiap desanya. Selain itu, dalam diskusi kelompok kecil itu juga diidentifikasi berbagai sumber daya wisata yang ada di desa tersebut.
Berbekal hasil diskusi, tim lapangan yang terdiri atas Abadi Raksapati, Rikeu Rugarmika, Asad Farag dari P-P2Par serta satu mahasiswa MBKM Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Shintia Ramadhani, menyurvei potensi daya tarik wisata yang ada di setiap desa.
Keseluruhan proses survei dilakukan selama empat hari. Namun, survei lanjutan dilakukan selama beberapa hari berikutnya untuk melihat berbagai potensi yang tidak terdata dalam kegiatan diskusi terpumpun sebelumnya.
Bukan materi
Pembangunan pariwisata yang dikehendaki masyarakat kawasan B2 Jaya ialah pembangunan pariwisata yang memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi masyarakat. Untuk menjawab keinginan tersebut, tim P-P2Par ITB datang ke kawasan B2 Jaya dengan membawa konsep quality tourism atau pariwisata berkualitas merupakan konsep pengembangan pariwisata yang saat ini didorong untuk diterapkan di Indonesia, khususnya pasca-covid-19.
Dalam pariwisata berkualitas tujuan keberhasilan pembangunan pariwisata tidak lagi ditekankan pada ukuran materi berupa meningkatnya pendapatan dari sektor pariwisata, lama tinggal wisatawan, atau bahkan jumlah kunjungan. Lebih dari itu, pariwisata berkualitas justru menekankan pentingnya kesejahteraan masyarakat tanpa meninggalkan pelayanan kepada wisatawan.
Pemilihan konsep quality tourism juga tidak terlepas dari kondisi masyarakat kawasan B2 Jaya yang memiliki kultur masyarakat perdesaan Jawa yang humanis dan egaliter. Secara makro pasca-covid-19, wisatawan juga menjadi lebih selektif dalam memilih tempat liburan menjadi pertimbangan lainnya.
Selain itu, pembangunan pariwisata diharapkan dapat menjadi sumber ekonomi baru masyarakat tanpa harus meninggalkan sumber ekonomi utama mereka yang sebagian besar berprofesi sebagai petani. Di sisi lain, ada beberapa hal penting yang ditekankan dalam penerapan quality tourism di kawasan B2 Jaya oleh tim agar dapat berhasil.
1. Peningkatan kualitas sumber daya manusia agar dapat mengelola pariwisata dengan baik, di antaranya dengan memberikan pelatihan pengelolaan homestay, pelatihan pemanduan interpretif, dan sosialisasi sapta pesona.
2. Pembentukan Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) agar pengelolaan pariwisata yang dilakukan dapat terkoordinasi dan melibatkan seluruh elemen masyarakat yang ada. Dengan kelembagaan yang kuat, pembagian peran dan pembagian manfaat dapat terdistribusi dengan baik untuk menghindari konflik di kemudian hari saat kue pariwisata mulai menunjukkan hasilnya.
Pokdarwis
Strategi pengembangan pariwisata di kawasan B2 Jaya dilakukan dengan mendorong masyarakat untuk menghimpun diri dalam Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis). Paling tidak ada dua kesadaran yang didorong dalam pembentukan Pokdarwis di kawasan B2 Jaya.
Pertama, dengan dibentuknya Pokdarwis, masyarakat kawasan B2 Jaya menyadari peran dan tanggung jawab sebagai tuan rumah sehingga akan menciptakan suasana yang kondusif bagi siapa saja yang datang berkunjung ke kawasan B2 Jaya. Kedua, masyarakat kawasan B2 Jaya menyadari hak dan kebutuhannya sebagai penyedia berbagai layanan pariwisata sekaligus juga sebagai wisatawan. Kesadaran itu dilakukan dengan menyosialisasikan tujuh unsur sapta pesona (aman, tertib, bersih, sejuk, indah, ramah tamah, kenangan) dalam kehidupan keseharian masyarakat di kawasan B2 Jaya.
Ada empat Pokdarwis yang berhasil dibentuk di kawasan B2 Jaya yang akan bekerja sama dan bahu-membahu mengembangkan kawasan dari setiap desa, yaitu Pokdarwis Blego Mulyo dari Desa Sayutan, Pokdarwis Ngunut Berseri dari Desa Ngunut, Pokdarwis Blego Kinasih dari Desa Trosono, dan Pokdarwis Bungkuk dari Desa Bungkuk. Kepengurusan Pokdarwis di setiap desa disahkan dengan surat keputusan pembentukan Pokdarwis dari setiap desa yang ditandatangani kepala desa.
Tim kemudian memfasilitasi setiap Pokdarwis untuk mendapatkan pengukuhan dari Pemerintah Kabupaten Magetan melalui Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Magetan. Pengukuhan itu penting sebagai bukti pengakuan Pemerintah Kabupaten Magetan terhadap keberadaan Pokdarwis di empat desa tersebut.
Program pengabdian masyarakat di kawasan B2 Jaya itu akan dilakukan secara berkelanjutan paling tidak tiga tahun ke depan untuk memastikan berbagai target yang ditetapkan dapat tercapai. Namun, proses itu memerlukan konsistensi yang tinggi dari tim pendamping, juga dari masyarakat kawasan B2 Jaya dalam mengelola dan memobilisasi diri dalam pembangunan kepariwisataan kawasan. (M-1)
Copyright @ 2025 Media Group - mediaindonesia. All Rights Reserved